Makalah Tentang Cerpen

A. Pengertian cerpen
Cerpen atau cerita pendek adalah sebuah cerita yang melukiskan suatu kejadian yang terjadi dalam kehidupan manusia secara ringkas dan jelas. Cerpen banyak dijumpai di majalah, tabloid dan surat kabar. Setelah membaca cerpen, kita bisa menemukan hal menarik yang membuat pembaca terkesan pada cerpen tersebut. Hal yang menarik tersebut dapat berupa nilai yang bermanfaat bagi pembaca.

B. Nilai-nilai yang terkandung didalam cerpen

Nilai adalah sesuatu sifat atau hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Nilai dapat berupa konsep, prinsip, cara berpikir, perilaku dan sikap seseorang. Nilai yang terdapat di dalam cerita rakyat adalah antara lain nilai moral, nilai kepercayaan, nilai budaya dan nilai sosial.
  1. Nilai moral
    Nilai moral adalah nilai yang berhubungan erat dengan pola etika atau perilaku.
  2. Nilai kepercayaan
    Nilai kepercayaan adalah nilai yang mengungkapkan keyakinan pada hal-hal yang bersifat gaib.
  3. Nilai budaya
    Nilai budaya adalah nilai yang mengikat manusia dengan segala tata cara, adat istiadat dan tradisi.
  4. Nilai sosial
    Nilai sosial adalah nilai yang mengatur pola hubungan antar individu dalam masyarakat.
Sehingga didalam setiap karya sastra yang ada, dan juga termasuk cerpen mengandung banyak nilai-nilai kehidupan. Oleh karena itu, pembaca dapat mengetahui dan menjadikan pembelajaran akan nilai-nilai kehidupan yang terkandung dan yang disampaikan didalam teks cerita maupun teks cerpen.
C.  Menceritakan kembali isi cerpen yang dibaca
 
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk menceritakan atau mengungkapkan kembali isi cerpen, perhatikanlah beberapa hal di bawah ini antara lain sebagai berikut :
  1. Gunakanlah bahasa yang sederhana.
  2. Ungkapkan tema dan pesan-pesan yang Anda temukan dalam cerpen secara jelas.
  3. Rangkaikan peristiwa yang membangun cerita sesuai dengan yang terdapat dalam cerpen.
  4. Mengenai tokoh, latar dan sudut pandang dapat Anda ceritakan sesuai dengan cerita tersebut.
  5. Lafal dan intonasi saat bercerita hendaknya jelas dengan tempo yang sedang sehingga mudah didengarkan teman Anda.
Namun sebelum Anda melakukan penceritaan kembali isi cerpen, ada baiknya melakukan persiapan-persiapan dulu yang diantaranya sebagai berikut :
  1. Bacalah secara intensif teks cerita tersebut.
  2. Tulislah pokok-pokok isi cerpen, berupa unsur-unsur intrinsiknya.
  3. Buatlah peta gagasan.
  4. Pahamilah unsur-unsur intrinsik yang Anda temukan.
D.    Menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen

Di bawah ini adalah unsur-unsur intrinsik pembangun yang ada didalam cerpen yang dapat diuraikan antara lain sebagai berikut :

1. Tema.
2. Latar.
3. Penokohan.
4. Alur.
5. Sudut pandang.

Menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen adalah mengungkapkan segala hal yang berkaitan dengan unsur-unsur intrinsik yang membangun suatu cerpen misalnya seperti :
  1. Tema apakah yang diangkat.
  2. Dimana latar terjadinya cerita.
  3. Bagaimana teknik penokohannya.
  4. Bagaimana alur yang ditampilkan dalam cerita.
  5. Amanat apa yang hendak disampaikan penulis kepada pembaca.

E. Mengkaitkan unsur-unsur intrinsik dengan kehidupan sehari-hari

Penulis memilih dan mengangkat berbagai masalah kehidupan yang ada menjadi tema, yang di dukung latar, penokohan, alur dan sudut pandang. Unsur-unsur intrinsik tersebut saling mendukung, membangun sebuah cerita berdasarkan pengalaman, pengamatan dan reaksi-interaksi penulis dengan linkungannya.

Tema sebuah cerpen selalu berkaitan dengan makna (pengalaman) kehidupan, sehingga melalui cerpennya itu, penulis ingin menyampaikan dan menawarkan beberapa hal di bawah ini antara lain sebagai berikut :
  1. Tentang makna tertentu kehidupan.
  2. Mengajak pembaca untuk melihat, merasakan dan menghayati makna (pengalaman) kehidupan tersebut.
  3. Mengajak pembaca memandang permasalahan sebagaimana penulis memandangnya.

F.  Mendiskusikan nilai-nilai dalam cerita pendek

Mendiskusikan cerpen bisa dipahami sebagai usaha membahas bersama-sama tentang isi cerita pendek yang berkenaan dengan hal-hal yang menarik atau mengesankan serta nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen.

Nilai-nilai dalam karya sastra meliputi banyak bidang kehidupan manusia. Adapun nilai-nilai karya sastra tersebut adalah sesuatu yang dapat diambil atau dipetik manfaatnya karena bersifat edukatif, menambah pengetahuan, memberikan hiburan atau dapat memanusiakan manusia, sehingga berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Arti diskusi itu sendiri adalah forum saling mengungkapkan pikiran dengan secara langsung. Dengan demikian berarti kita memberikan argumen atau pendapat tentang sesuatu kepada orang lain dan diskusi akan berlangsung sehat apabila antar peserta dapat bertukar pendapat secara sportif tanpa melibatkan emosi.
 
G. Mengemukakan hal-hal yang menarik dari cerpen

Anda dapat menemukan hal-hal yang menarik pada cerpen dengan mengklasifikasikan unsur instrinsik tersebut, yakni antara lain sebagai berikut :

1. Watak tokoh utama.
2. Tema yang diangkat.
3. Plot atau alur penceritaan.
4. Gaya penceritaan pengarangnya.
5. Setting yang digunakan sebagai bagianya.

H. Mendiskusikan unsur-unsur intrinsik cerpen yang dibaca

Pada pembahasan sebelumnya, telah dibahas bahwa unsur-unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun cerita dari dalam. Unsur-unsur intrinsik tersebut adalah antara lain :
1. Tema.
2. Penokohan.
3. Alur.
4. Sudut pandang.
5. Latar.
6. Amanat.

I. Mengidentifikasi kalimat langsung dan tidak langsung dalam cerpen

Apabila Anda perhatikan dengan teliti, seorang pengarang cerpen biasanya dalam menggambarkan latar, alur dan tokoh terkadang menyatakan ceritanya dengan kalimat secara langsung dan secara tidak langsung.

J. Sejarah

Cerita pendek bermula pada tradisi penceritaan lisan yang menghasilkan kisah-kisah terkenal seperti Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama. Adapun irama tersebut berfungsi sebagai alat untuk menolong orang untuk mengingat ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan pada naratif-naratif individu yang dapat disampaikan pada satu kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan bagian cerita tersebut telah disampaikan.

Fabel, yang umumnya berupa cerita rakyat dengan pesan-pesan moral di dalamnya, konon dianggap oleh sejarahwan Yunani Herodotus sebagai hasil temuan seorang budak Yunani yang bernama Aesop pada abad ke-6 SM (meskipun ada kisah-kisah lain yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang dianggap berasal dari Aesop). Fabel-fabel kuno ini kini dikenal sebagai Fabel Aesop. Akan tetapi ada pula yang memberikan definisi lain terkait istilah Fabel. Fabel, dalam khazanah Sastra Indonesia seringkali, diartikan sebagai cerita tentang binatang sebagai pemeran(tokoh) utama. Cerita fabel yang populer misalnya Kisah Si Kancil, dan sebagainya.

Selanjutnya, jenis cerita berkembang meliputi sage, mite, dan legenda. Sage merupakan cerita kepahlawanan. Misalnya Joko Dolog. Mite atau mitos lebih mengarah pada cerita yang terkait dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang sesuatu. Contohnya Nyi Roro Kidul. Sedangkan legenda mengandung pengertian sebagai sebuah cerita mengenai asal usul terjadinya suatu tempat. Contoh Banyuwangi.

Bentuk kuno lainnya dari cerita pendek, yakni anekdot, populer pada masa Kekaisaran Romawi. Anekdot berfungsi seperti perumpamaan, sebuah cerita realistis yang singkat, yang mencakup satu pesan atau tujuan. Banyak dari anekdot Romawi yang bertahan belakangan dikumpulkan dalam Gesta Romanorum pada abad ke-13 atau 14. Anekdot tetap populer di Eropa hingga abad ke-18, ketika surat-surat anekdot berisi fiksi karya Sir Roger de Coverley diterbitkan.

Di Eropa, tradisi bercerita lisan mulai berkembang menjadi cerita-cerita tertulis pada awal abad ke-14, terutama sekali dengan terbitnya karya Geoffrey Chaucer Canterbury Tales dan karya Giovanni Boccaccio Decameron. Kedua buku ini disusun dari cerita-cerita pendek yang terpisah (yang merentang dari anekdot lucu ke fiksi sastra yang dikarang dengan baik), yang ditempatkan di dalam cerita naratif yang lebih besar (sebuah cerita kerangka), meskipun perangkat cerita kerangka tidak diadopsi oleh semua penulis. Pada akhir abad ke-16, sebagian dari cerita-cerita pendek yang paling populer di Eropa adalah "novella" kelam yang tragis karya Matteo Bandello (khususnya dalam terjemahan Perancisnya). Pada masa Renaisan, istilah novella digunakan untuk merujuk pada cerita-cerita pendek.

Pada pertengahan abad ke-17 di Perancis terjadi perkembangan novel pendek yang diperhalus, "nouvelle", oleh pengarang-pengarang seperti Madame de Lafayette. Pada 1690-an, dongeng-dongeng tradisional mulai diterbitkan (salah satu dari kumpulan yang paling terkenal adalah karya Charles Perrault). Munculnya terjemahan modern pertama Seribu Satu Malam karya Antoine Galland (dari 1704; terjemahan lainnya muncul pada 1710–12) menimbulkan pengaruh yang hebat terhadap cerita-cerita pendek Eropa karya Voltaire, Diderot dan lain-lainnya pada abad ke-18.
Cerita-cerita pendek modern

Cerita-cerita pendek modern muncul sebagai genrenya sendiri pada awal abad ke-19. Contoh-contoh awal dari kumpulan cerita pendek termasuk Dongeng-dongeng Grimm Bersaudara (1824–1826), Evenings on a Farm Near Dikanka (1831-1832) karya Nikolai Gogol, Tales of the Grotesque and Arabesque (1836), karya Edgar Allan Poe dan Twice Told Tales (1842) karya Nathaniel Hawthorne. Pada akhir abad ke-19, pertumbuhan majalah dan jurnal melahirkan permintaan pasar yang kuat akan fiksi pendek antara 3.000 hingga 15.000 kata panjangnya. Di antara cerita-cerita pendek terkenal yang muncul pada periode ini adalah "Kamar No. 6" karya Anton Chekhov.

Pada paruhan pertama abad ke-20, sejumlah majalah terkemuka, seperti The Atlantic Monthly, Scribner's, dan The Saturday Evening Post, semuanya menerbitkan cerita pendek dalam setiap terbitannya. Permintaan akan cerita-cerita pendek yang bermutu begitu besar, dan bayaran untuk cerita-cerita itu begitu tinggi, sehingga F. Scott Fitzgerald berulang-ulang menulis cerita pendek untuk melunasi berbagai utangnya.

Permintaan akan cerita-cerita pendek oleh majalah mencapai puncaknya pada pertengahan abad ke-20, ketika pada 1952 majalah Life menerbitkan long cerita pendek Ernest Hemingway yang panjang (atau novella) Lelaki Tua dan Laut. Terbitan yang memuat cerita ini laku 5.300.000 eksemplar hanya dalam dua hari.

Sejak itu, jumlah majalah komersial yang menerbitkan cerita-cerita pendek telah berkurang, meskipun beberapa majalah terkenal seperti The New Yorker terus memuatnya. Majalah sastra juga memberikan tempat kepada cerita-cerita pendek. Selain itu, cerita-cerita pendek belakangan ini telah menemukan napas baru lewat penerbitan online. Cerita pendek dapat ditemukan dalam majalah online, dalam kumpulan-kumpulan yang diorganisir menurut pengarangnya ataupun temanya, dan dalam blog.




K.  Unsur dan ciri khas

Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat.

Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang, ceritanya cenderung memuat unsur-unsur inti tertentu dari struktur dramatis: eksposisi (pengantar setting, situasi dan tokoh utamanya); komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik); aksi yang meningkat, krisis (saat yang menentukan bagi si tokoh utama dan komitmen mereka terhadap suatu langkah); klimaks (titik minat tertinggi dalam pengertian konflik dan titik cerita yang mengandung aksi terbanyak atau terpenting); penyelesaian (bagian cerita di mana konflik dipecahkan); dan moralnya.

Karena pendek, cerita-cerita pendek dapat memuat pola ini atau mungkin pula tidak. Sebagai contoh, cerita-cerita pendek modern hanya sesekali mengandung eksposisi. Yang lebih umum adalah awal yang mendadak, dengan cerita yang dimulai di tengah aksi. Seperti dalam cerita-cerita yang lebih panjang, plot dari cerita pendek juga mengandung klimaks, atau titik balik. Namun, akhir dari banyak cerita pendek biasanya mendadak dan terbuka dan dapat mengandung (atau dapat pula tidak) pesan moral atau pelajaran praktis. Seperti banyak bentuk seni manapun, ciri khas dari sebuah cerita pendek berbeda-beda menurut pengarangnya. Cerpen mempunyai 2 unsur yaitu:
Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur–unsur intrinsik cerpen mencakup:

 Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber pada cerita. Latar(setting) adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung. Alur (plot) adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.

Alur dibagi menjadi 3 yaitu:

  1. Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak ke depan terus.
  2. Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak mundur (flashback).
  3. Alur campuran adalah campuran antara alur maju dan alur mundur.

Alur meliputi beberapa tahap:

  1. Pengantar: bagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita.
  2. Penampilan masalah: bagian yang menceritakan masalah yang dihadapi pelaku cerita.
  3. Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah memuncak.
  4. Ketegangan menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur–angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang.
  5. Penyelesaian / resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.
 Perwatakan

Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui:

  1.  Dialog tokoh
  2. Penjelasan tokoh
  3. Penggambaran fisik tokoh
  4. Tokoh
Tokoh adalah orang orang yang diceritakan dalam cerita dan banyak mengambil peran dalam cerita. tokoh dibagi menjadi 3, yaitu:

  1. Tokoh Protagonis : tokoh utama pada cerita
  2. Tokoh Antagonis : tokoh penentang atau lawan dari tokoh utama
  3. Tokoh Tritagonis : penengah dari tokoh utama dan tokoh lawan
Nilai (amanat) adalah pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita.
Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi:

1.    Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi)
2.    Latar belakang kehidupan pengarang
3.    Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan

L. Ukuran

Menetapkan apa yang memisahkan cerita pendek dari format fiksi lainnya yang lebih panjang adalah sesuatu yang problematik. Sebuah definisi klasik dari cerita pendek ialah bahwa ia harus dapat dibaca dalam waktu sekali duduk (hal ini terutama sekali diajukan dalam esai Edgar Allan Poe "The Philosophy of Composition" pada 1846). Definisi-definisi lainnya menyebutkan batas panjang fiksi dari jumlah kata-katanya, yaitu 7.500 kata. Dalam penggunaan kontemporer, istilah cerita pendek umumnya merujuk kepada karya fiksi yang panjangnya tidak lebih dari 20.000 kata dan tidak kurang dari 1.000 kata.

Cerita yang pendeknya kurang dari 1.000 kata tergolong pada genre fiksi kilat (flash fiction). Fiksi yang melampuai batas maksimum parameter cerita pendek digolongkan ke dalam novelette, novella, atau novel.

M. Genre

Cerita pendek pada umumnya adalah suatu bentuk karangan fiksi, dan yang paling banyak diterbitkan adalah fiksi seperti fiksi ilmiah, fiksi horor, fiksi detektif, dan lain-lain. Cerita pendek kini juga mencakup bentuk nonfiksi seperti catatan perjalanan, prosa lirik dan varian-varian pasca modern serta non-fiksi seperti fikto-kritis atau jurnalisme baru.

N. Menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen
Di bawah ini adalah unsur-unsur intrinsik pembangun yang ada didalam cerpen yang dapat diuraikan antara lain sebagai berikut :

1. Tema.
2. Latar.
3. Penokohan.
4. Alur.
5. Sudut pandang.

Menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen adalah mengungkapkan segala hal yang berkaitan dengan unsur-unsur intrinsik yang membangun suatu cerpen misalnya seperti :

1. Tema apakah yang diangkat.
2. Dimana latar terjadinya cerita.
3. Bagaimana teknik penokohannya.
4. Bagaimana alur yang ditampilkan dalam cerita.
5. Amanat apa yang hendak disampaikan penulis kepada pembaca.

O.  Mengkaitkan unsur-unsur intrinsik dengan kehidupan sehari-hari

Penulis memilih dan mengangkat berbagai masalah kehidupan yang ada menjadi tema, yang di dukung latar, penokohan, alur dan sudut pandang. Unsur-unsur intrinsik tersebut saling mendukung, membangun sebuah cerita berdasarkan pengalaman, pengamatan dan reaksi-interaksi penulis dengan linkungannya.

Tema sebuah cerpen selalu berkaitan dengan makna (pengalaman) kehidupan, sehingga melalui cerpennya itu, penulis ingin menyampaikan dan menawarkan beberapa hal di bawah ini antara lain sebagai berikut :

  1. Tentang makna tertentu kehidupan.
  2. Mengajak pembaca untuk melihat, merasakan dan menghayati makna (pengalaman) kehidupan tersebut.
  3. Mengajak pembaca memandang permasalahan sebagaimana penulis memandangnya.

P. Mendiskusikan nilai-nilai dalam cerita pendek

Mendiskusikan cerpen bisa dipahami sebagai usaha membahas bersama-sama tentang isi cerita pendek yang berkenaan dengan hal-hal yang menarik atau mengesankan serta nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen.

Nilai-nilai dalam karya sastra meliputi banyak bidang kehidupan manusia. Adapun nilai-nilai karya sastra tersebut adalah sesuatu yang dapat diambil atau dipetik manfaatnya karena bersifat edukatif, menambah pengetahuan, memberikan hiburan atau dapat memanusiakan manusia, sehingga berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Arti diskusi itu sendiri adalah forum saling mengungkapkan pikiran dengan secara langsung. Dengan demikian berarti kita memberikan argumen atau pendapat tentang sesuatu kepada orang lain dan diskusi akan berlangsung sehat apabila antar peserta dapat bertukar pendapat secara sportif tanpa melibatkan emosi.
 
Q. Mengemukakan hal-hal yang menarik dari cerpen


Anda dapat menemukan hal-hal yang menarik pada cerpen dengan mengklasifikasikan
unsur instrinsik tersebut, yakni antara lain sebagai berikut :

1. Watak tokoh utama.
2. Tema yang diangkat.
3. Plot atau alur penceritaan.
4. Gaya penceritaan pengarangnya.
5. Setting yang digunakan sebagai bagianya.

 


0 Response to "Makalah Tentang Cerpen"

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan baik dan sopan, bila ada kesulitan silahkan bertanya