Makalah Konsep Masyarakat Madani Desa Pangkalan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Adapun yang menjadi latar belakang penulis dalam melakukan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang bertemakan Masyarakat Madani. Dikalangan kaum intelektual isitilah Masyarakat Madani merupakan terjemahan dari istilah Civil Society, seperti masayarakat sifil, masyarakat kewarganegaraan, dan masyarakat warga. Perujukan terhadap masyarakat Madinah sebagai tipikal Masyarakat ideal bukan peniru struktur masyarakatnya, tapi pada sipat – sipat yang menghiasi masyarakat ideal ini seperti pelaksanaan amar ma’ruf nahi mungkar yang sejalan dengan petunjuk ilahi

1.2. Identipikasi Masalah

  1. Apa yang dimaksud dengan masyarakat Madani ?
  2. Bagaimana Sejarah desa Pangkalan
  3. Bagaimana konsep Masyarakat Madani Desa Pangkalan

1.3. Maksud dan Tujuan

  1. Untuk mengetahui pengertian Masyarakat Madani
  2. Untuk mengetahui sejarah Desa Pangkalan
  3. Untuk mengetahui konsep masyarakat Madani Desa Pangkalan

1.4. Waktu Penelitian

Dilakaksanakan mulai tanggal 03 s/d 27 September di Desa Pangkalan

BAB II
MASYARAKAT MADANI

2.1. Pengertian Masyarakat Madani

Masyarakat Madani adalah masyarakat yang beradab, menjungjung tinggi nilai – nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu, dan teknologi.

Allahh SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firmannya dalam Q.S. Saba’ ayat 15

Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda ( kekuasan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang maha Pengampun”.

2.2. Masayarakat Madani Dalam Sejarah

Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai masyarakat madani, yaitu :

  1. Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman
  2. Masyarakat Madinah setelah jadi traktat, perjanjian Madinah antara Rasulullah SAW beserta umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama Yahudi dan beragama Wastani dari kaum Aus dan Khazraj. Perjanjian Madinah berisi kesepakatan ketiga unsur Masyarakat untuk saling menolong, menciptakan kedamain dalam kehidupan sosial, menjadikan Al – Qur’an sebagai konstitusi, menjadikan Rasulullah SAW sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap keputusan – keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk memeluk agama serta beribadah sesuai denga ajaran agama yang dianutnya.
2.3. Karakteristik Masyarakat Madani
Ada beberapa karakterisitik masyarakat madani, diantaranya :

  1. Terintregrasinya individu – individu dan kelompok – kelompok ekslusif kedalam masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial
  2. Menyebarnya kekuasan sehingga kepentingan – kepentingan yang mendominasi dalam masyarkat dapat dikurangi oleh kekutatan – keuatan alternatif
  3. Dilengkapinya program – program pembangunan yang didominasi oleh negara dengan program – program pembangunan yang berbasis Masyarakat.
  4. Terjembataninya kepentingan – kepentingan individu dengan negara karena keanggotaan organisasi – oraganisasi volunter mampu memberikan masukan – masukan terhadap keputusan – keputusan Pemerintah
  5. Tumbuh kembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim – rejim totaliter.
  6. Meluasnya kesetiaan (loyality) dan lepercayaan (trust) sehingga individu – individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
  7. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga – lembaga sosial dengan berbagai ragam perspektif.
  8. Bertuham, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama, yang mengakui adanya Tuhan dan menempatkan Tuhan sebagai landasan yang mengatur kehidupan sosial.
  9. Damai, artinya masing – masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun secara kelompok menghormati pihak lain secara adil. Dll
  10. Berahlak mulia.

Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatan bahwa masyarakat madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak – hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan – kepentingannya; dimana pemerintahnya memberikan peluang seluas – luasnya bagi  bagi kretifitas warga negara untuk mewujudkan program – program pembangunan di wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali jadi, yang hampa udara, taken for granted. Masyarakat madani adalah konsep yang cair yang dibentuk dari proses sejarah yang panjang dan perjuangan yang terus menerus. Bila kita kaji, masyarakat di negara – negara maju yang sudah dapat dikatakan sebagai masyarakat madani, maka ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya democratic governance (pemerintah demokratis) yang dipilih dan berkuasa secara demokratis dan democratic civilian (masyarakat sipil yang sanggup menjungjung nilai – nilai civil security; civil responsibility dan civil resilience).

Apabila diurai, dua kriteria tersebut menjadi tujuh prasyarat masyarakat madani sbb:
  1. Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat
  2. Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (socail capital) yang kondusif bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas – tugas kehidupan dan terjalinnya kepercayaan dan relasi sosial antar kelompok.
  3. Tidak adanya diskriminasi dalam berbagi bidang pembangunan; dengan kata lain terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial.
  4. Adanya hak, kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat dan lembaga – lembaga swadaya untuk terlibat dalam berbagai forum dimana isu – isu kepentingan bersama dan kebijakan publik dapat dikembangkan.
Tanpa prasyarat tersebut maka masyarakat madani hanya akan berhenti pada jargon. Masyarakat madani akan terjerumus pada masyarakat “sipilisme” yang sempit yang tidak ubahnya dengan faham militerisme yang anti demokrasi dan sering melanggar hak azasi manusia. Dengan kata lain, ada beberapa rambu – rambu yang perlu diwaspadai dalam proses mewujudkan masyarakat madani (lihat DuBois dan Milley, 1992)

Rambu – rambu tersebut dapat menjadi jebakan yang menggiring masyarakat menjadi sebuah entitas yang bertolak belakang dengan semangat negara – bangsa :

  1. Sentralisme versus lokalisme. Masyarakat pada mulanya ingin mengganti prototipe Pemerintah yang sentralisme dengan desentralisme. Namun yang terjadi kemudian malah terjebak  kedalam paham lokalisme yang mengagungkan mitos – mitos kedaerahan tanpa memperhatikan prinsip nasionalisme, meritokrasi dan keadilan sosial.
  2. Pluralisme versus rasisme. Pluralisme merujuk pada saling penghormatan antar berbagai kelompok dalam masyarakat dan penghormatan kaum mayoritas terhadap minoritas dan sebaliknya, yang memungkinkan mereka mengekspresikan kebudayaan mereka tanpa prasangka dan permusuhan. Ketimbang berupaya untuk mengeliminasi karakter etnis, pluralisme budaya berjuang untuk memelihara intregritas budaya. Pluralisme menghindari penyeragaman. Karena, seperti kata Kleden (2000:5), “…penyeragaman adalah kekerasan terhadap perbedaan, pemerkosaan terhadap bakat dan terhadap potensi manusia.”

    Pada kenyatannya, apabila kita konsekuen dengan menggunakan msayarakat Madani sebagai padanan dari Masyarakat sipil, maka secara historis kita lebih mudah secara langsung me-refer kepada “masyarakatnya”nya Ibnu Khaldun. Deskripsi masyarakatnya justru banyak mengandung muatan – muatan moral-spritual dan menggunakan agama sebagai landasan analisisnya. Pada kenyataanya masyarakat sipil tidak sama denga masyarakat Madani. Masyarakat Madani merujuk kepada sebuah masyarakat dan negara yang diatur oleh hukum agama, sedangkan masyarakat sipil merujuk kepada komponen di luar negar. Syed Farid Alatas seorang sosiolog sepakat dengan Syed M. Al Naquib Al Attas

2.4. Sejarah Desa Pangkalan

Berdasarkan dari sesepuh warga nenek moyang Desa Pangkalan berasal dari keturunan Sukapura seorang pemuda sakti yang bernama Sacawirya ditugas oleh gurunya supaya bermukim disebuah tempat yang disebut tempat Pangupukan Galudra dengan ciri – ciri tempat tersebut adalah : 
  1. Dari barat miring ketimur, dari sebelah timur miring kebarat
  2. Dari sebalah utara miring ke selatan dan dari sebalah selatan miring ke utara
Saat itu sacawiraya berkelana dari daerah tasikmalaya dan menemukan ciri – ciri tempat tersebut. Sacawiraya bermukin disana, dan lama kelamaan setelah banyak pengikut dari sacawiraya berpangkalan didaerah itu yang disebut Tanah Pangupukan Galudra maka kini daerah tersebut dinamakan lembur Pangkalan kemudian Sacawiraya mendirikan sebuah padepokan / pasanggarahan disebelah utara lembur Pangkalan tersebut yang sekarang disebut lembur Pasanggarahan.

Selama berdirinya Desa pangkalan sudah beberapa kepala desa / kuwu yang menjabat diantaranya :


No

Nama Kepala Desa/Kuwu

Masa Jabatan

Keterangan

        1

Jaya Mutasan

Tidak diketahui

Masa penjajah
an Belanda

        2

Olon

 

 

        3

Katib

 

 

        4

Arga Adipura

 

 

        6

H Abdul Gani

 

 

        7

H Dimyati

1931 – 1939

Depinitif

        8

Jaya

1939 – 1942

Depinitip

        9

Abdul Rojak

1946 – 1948

DI TII

        10

Jaya

1949 – 1950

Depinitip

        11

Sudarma

1951 – 1953

Depinitip

        12

Buchori

1953 – 1983

Depinitp

        13

Djapar

1983 – 1988

Depinitip

        14

Dayat

1988

PJS

        15

Muhsinin

1989 – 1990

Depinitif

        16

O Rusman

1990

PJS

        17

Ukim

1991 – 1997

Depinitif

        18

Ukar Heryadi

1997 – 1999

PJS

        19

Ukar Jeryadi

2000 – 2006

Depinitif

        20

Maksudin

2006

PJS

        21

Ukar Heryadi

2007 – 2013

Depinitf

        22

Jamaludin

2013 – 2014

PJS

 

Ruhyana, S.Sy

2014 s.d sekarang

Depinitif

 

2.5. Konsep Masyarakat Desa Madani di Desa Pangkalan

a. Letak dan Luas Wilayah

Desa pangkalan merupakan Desa dari 14 Desa yang ada di Kec. Langkaplancar Kabupaten Pangandaran yang mempunyai luas wilayah 1025 ha, terdiri atas lahan darat dan sawah 350 ha

b. Pembagian Wilayah Desa Pangkalan

Desa Pangkalan mempunyai 4 dusun yaitu Dusun Cibatu, Pangkalan, Cigangsa, Citarunggang dan Cigorowek. Berikut adalah keadaan Desa Pangkalan :

1. Jumlah Penduduk

  • Laki – laki : 2.315 Orang
  • Perempuan : 2.277 Orang
  • Jumlah : 4.592 Orang

2. Jumlah Penduduk Menurut Usia

  • 0 s/d 5 tahun : 307 Orang
  • 6 s/d 16 tahun : 415 Orang
  • 17 s/d 55 tahun : 232 Orang
  • Jumlah : 4.592 Orang

3. Batas Wilayah

  • Sebelah Utara : Bojongkondang
  • Sebelah selatan : Jayasari
  • Sebelah timur : Langkpalancar
  • Sebelah barat : Salopa TSM

4. Fasilitas Umum

  • SD         : 2 Kondisi : Baik
  • MIN : 1 Kondisi : Baik
  • MIS         : 2 Kondisi : Baik
  • MTS : 1 Kondisi : Baik
  • SMP : 1 Kondisi : Baik
  • SMA : 1 Kondisi : Baik
  • TK        : 5 Kondisi : Baik
  • PAUD : 7 Kondisi : Baik
  • LBV : 8 Kondisi : Baik
  • LSB        : 1 Kondisi : Baik
  • Mesjid : Kondisi : 
  • Mushola : Kondisi :
  • Madrasah : Kondisi :
  • Puskesmas : Kondisi :
  • Pos Ronda : Kondisi :

5. Lahan

  • Daratan : 836,5Ha 
  • Sawah : 380 Ha

6. Sektor Pertanian

  • Pemilik Sawah : 670 Orang
  • Penyewa Sawah : 165 Orang
  • Buruh Tani : 835 Orang

7. Sektor Peternakan

  • Kerbau : 50 Ekor
  • Lembu : 15 Ekor
  • Kambing : 233 Ekor
  • Ayam : 3.600 Ekor

8. Sektor Industri

  • Industri Kecil : 146 Lembaga
  • Buruh Industri Kecil : 292 Orang

9. Mata Pencaharian

  • PNS : 92 Orang
  • TNI/POLRI : 1 Orang
  • Swasta : -
  • Pedagang : 21 Orang
  • Tani : 968 Orang
  • Buruh Tani : 150 Orang
  • Pensiunan : 23 Orang
  • Jasa : 14 Orang
  • Bidan Desa : 1 Orang


10. Pendidikan

  • Belum tamat SD sederjat : 888
  • Tamat SD sederajat : 2186
  • Tamat SLTP sederajat : 874
  • Tamat SLTA sederajat : 399
  • Tamat DIPLOMA VII : 39
  • DIPLOMA IIV S Muda : 9

BAB III

PENUTUP 

3.1. Kesimpulan

Masyarakat Madani bermakna ganda yaitu : suatu tatatnan masyarakat yang menentukan pada nilai nilai Demokrasi, Transparansi, Konsistensi, Aspirasi, Motivasi, Partisifasi, Konsistensi, Komparasi, Koordinasi. Namun yang paling dominan adalah masyarakat demokratis, masyarakat madani merupakan system yang subur berdasarkan prinsif – prinsif moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasa individu dengan masyarakatnya berupa pikiran, seni, pelaksanaan pemerintah yang berdasarkan UU dan bukan napsu atau keinginan individu.

3.2. Saran

Sebaiknya penerpan msayarakat madani di Indonesia lebih dikembangkan dalam aspek pendidikan, politik dan Sosial.

Informasi dari dalam negeri maupun tekanan politik dan ekonomi dari luar sehingga dapat tercapai cita – cita sesuai dengan harapan masyarakat Madani yang Demokratis dan Masyarakat sejahtera dan cinta damai.

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunianya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah bisa selesai pada waktuny.

Penyusun menyadari bahwa ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihka yang berssifat membangun selalu penyusun harapkan, demi kesempurnaan dimasa yang akan dtang

Akhir kata penyusun sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalan ini dari awal sampai akhir, semoga Allah SWT meridhoi kita Aamiin.

Langkaplancar 23 Oktober 2016

Penyusun


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN  

KATA PENGATAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakng

1.2. Identipikasi Masalah

1.3. Maksud dan Tujuan

1.4. Waktu Penelitian

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Masyarakat Madani

2.2. Masyarakat Madani Dalam Sejarah

2.3. Karakterisitik Masyarakat Madani

2.4. Sejarah Desa Pangkalan

2.5. Konsep Masyarakat Madani Desa Pangkalan

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran


Baca juga :

0 Response to "Makalah Konsep Masyarakat Madani Desa Pangkalan"

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan baik dan sopan, bila ada kesulitan silahkan bertanya