Awal Mula Pohon Jenitri Sampai Ke Indonesia
Sekitar 150 tahun lalu orang India itu tinggal di Kauman, Kebumen. Dia menitipkan pohon jenitri kepada seseorang santri yang mengaji di masjid daerah Kauman tersebut. Orang India itu lalu memberikan bimbingan dari mulai menanam pohonnya hingga panen buah jenitri.
Orang India yang namanya diganti Mukti itu juga menampung buah jenitri untuk dibawa ke negaranya. Dia menghargai satu butir jenitri begitu tinggi. Hingga kemudian yang menanam pohon jenitri itu bertambah banyak dan lahannya makin luas. Masyarakat Desa Penusupan pun kemudian beramai-ramai menanam pohon jenitri.
Cara menanam juga perlu diperhatikan. Terlebih dahulu membuat lubang selebar 30 cm, dengan kedalaman sekitar 30 cm. Lubang tersebut diberi pupuk kandang dan dibiarkan terlebih dahulu selama kurang lebih 10 hari. Selanjutnya ditanam dan diberi pupuk untuk kali pertama. Pohon jenitri juga bisa ditanam di pot.
Apa itu Jenidri ?
Rudraksha-sebutan jenitri di India adalah tanaman setinggi 25-30 m dengan batang tegak dan bulat berwarna cokelat. Sepanjang tepi daunnya bergerigi dan meruncing di bagian ujung. Dalam bahasa India, rudraksa berasal dari kata rudra berarti Dewa Siwa dan aksa berarti mata. Sehingga arti keseluruhan: mata Siwa. Sesuai namanya, orang
Hindu meyakini rudraksa sebagai air mata Dewa yang menitik ke bumi.
Tetesan air mata itu tumbuh menjadi pohon rudraksa.
Mata Siwa
Di Indonesia, biji titisan Dewa Siwa itu populer dengan nama ganitri, genitri, atau jenitri. Indonesia merupakan pengekspor dan produksen terbesar di dunia. Pohon jenitri atau bahasa latinnya Elaeocarpus ganitrus banyak ditanam di Jawa Tengah, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Timor. Indonesia memasok 70% kebutuhan jenitri yang diekspor dalam bentuk butiran biji. Sebanyak 20% pasokan lainnya dari Nepal. Sedangkan India, negara paling banyak menggunakan rudaksa hanya memproduksi 5%.
Menurut Ir. Komari, peneliti dari Pusat Penelitian Institut Teknologi Bandung, biji-biji jenitri keras dan awet, bisa digunakan untuk 8 generasi. Kecuali ukuran, setiap biji memiliki jumlah lekukan atau mukhis berbeda. Jumlahnya bervariasi mulai dari 1 hingga 21 mukhis yang memiliki perbedaan arti.
INI TINGKATAN JENIDRI
(Mukis yaitu jumlah serat jenidri / garis lekukannya)
(Mukhis rata 2 dibawah 8)
(Mukhis istimewa 8-30 makin tinggi makin langka)
Semakin banyak mukhis harganya kian tinggi.
Manfaat jenitri bukan sekadar alat ‘hitung’ dalam berdoa laiknya tasbih bagi kaum Muslim atau rosario bagi umat Nasrani.
Biji jenitri juga berfungsi menghilangkan stres ????
Itu dibuktikan oleh Dr Suhas Roy dari Benaras Hindu University. Penelitiannya mengungkap “utrasum bead“ -sebutan jenitri di Amerika-biji jenitri mengirimkan sinyal secara beraturan ke jantung ketika digunakan sebagai kalung. Ia mengatur aktivitas otak yang mengarah pada kesehatan tubuh.
Efek itu diperoleh lantaran biji sima-sebutan jenitri di Sulawesi Selatan-memiliki sifat kimia dan fisik berupa induksi listrik, kapasitansi listrik, pergerakan listrik, dan elektromagnetik. Karena itu biji jenitri mempengaruhi sistem otak pusat saat menyebarkan rangsangan bioelektrokimia. Hasilnya, otak merasa tenang dan menghasilkan pikiran positif.
Sebetulnya, komposisi kimia jenitri tak beda jauh dengan buah lainnya. Antara lain 50,024% karbon, 17,798% hidrogen, 0,9461% nitrogen, dan 30,4531% oksigen. Beberapa elemen mikro dalam biji tanaman anggota famili Elaeocarpaceae itu adalah aluminum, kalsium, klorin, tembaga, kobalt, nikel, besi, magnesium, mangan, dan fosfor.
Panasea
Pembeda jenitri dan buah lain terungkap melalui riset Institut Teknologi India. Jenitri memiliki nilai spesifik gravitasi sebesar 1,2 dengan pH 4,48. Saat digunakan untuk berdoa, misalnya, jenitri memiliki daya elektromagnetik sebesar 10.000 gauss pada keseimbangan Faraday, hasil konduksi elektron alkalin.
Gara-gara itulah jenitri dipercaya mengontrol tekanan darah, stres, serta berbagai penyakit mental.
Jenitri juga dipercaya menyembuhkan epilepsi, asma, hipertensi, radang sendi, dan penyakit hati. Waw
Cara Pakai :
Ia berguna saat dikalungkan di leher ataupun diminum air rebusan. Caranya? Biji jenitri direndam semalam lalu diminum saat perut kosong.
Itu terbukti efektif meredam hipertensi dan menghasilkan perasaan tenang dan damai. Dalam 7 hari, tekanan darah turun bila dibarengi dengan mengalungkan jenitri di leher. Khasiat lain, jenitri berfungsi sebagai pelindung tubuh dari bakteri, kanker, dan pembengkakan.
Begitulah riset sahih Singh RK dari Departemen Farmakologi, Banaras Hindu University, India. Ia menggunakan berbagai larutan seperti petroleum eter, benzena, kloroform, asetone, dan etanol untuk melarutkan 200 mg/kg buah jenitri kering. Larutan jenitri hasil perendaman selama 30-45 menit itu menunjukkan sifat antipembengkakan radang akut dan nonakut pada tikus yang dilukai.
Di luar itu, jenitri menghilangkan sakit kepala alias antidepresan dan antiborok pada tikus terinjeksi.
Uji praklinis yang melibatkan babi sebagai satwa percobaan, membuktikan jenitri mencegah kerusakan paru-paru. Sebelumnya, babi diinduksi pemicu luka, histamin, dan asetilkoline aerosol. Meski diberi zat perusak paru-paru, organ pernapasan babi-babi itu tetap baik.
Duduk perkaranya karena glikosida, steroid, alkaloid, dan flavonoid yang terkandung dalam jenitri melindungi paru-paru. Keempat zat organik itu juga bersifat antibakteri. Terhitung 28 jenis bakteri gram positif dan negatif enyah oleh ekstrak jenitri antara lain Salmonella typhimurium, Morganella morganii, Plesiomonas shigelloides, Shigella flexnerii, dan Shigela sonneii. Waw mantep gan !!!!
Menurut A B. Ray dari Department of Medicinal Chemistry, Banaras Hindu University, India, alkaloid yang terkandung dalam jenitri: pseudoepi-isoelaeocarpilin, rudrakine, elaeocarpine, isoelaeocarpine, dan elaeocarpiline. Senyawa itu berkhasiat meluruhkan lemak badan. Caranya, 25 gram buah Elaeocarpus ganitrus kering, dicuci dan direbus dalam 1 gelas air sampai air rebusan tersisa separuh. Setelah air rebusan dingin, saring, lalu minum sekaligus. lagi dah!!!!
Pengisap polutan
Cuma itu faedah genitri? Ada lagi peran lain yang dimainkan oleh genitri sebagaimana hasil riset Dwiarum Setyoningtyas dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung: jenitri sebagai penyerap polutan. Ia membandingkan konsentrasi gas sulfur oksida, nitrogen oksida, dan karbon monoksida dalam kotak kaca berisi tumbuhan ganatri dengan kotak tanpa tumbuhan.
Ke dalam kedua kotak kaca diembuskan emisi gas buang dari hasil pembakaran tiga jenis bahan bakar yang memiliki kandungan biodiesel yang berbeda. Yaitu 10% biodiesel (B-10), 5% biodiesel (B-5), dan 0% biodiesel (B-0) sebagai pembanding. Hasilnya, tingkat pencemaran dari ketiga jenis emisi bahan bakar dalam kotak kaca berisi jenitri tercatat lebih rendah (sulfur oksida 0,81 ? 0,38 ppm, nitrogen oksida 0,49 ? 0,01 ppm, dan karbon monoksida 1,36 ? 0,71 ppm).
Bandingkan dengan kotak kaca tanpa jenitri yang pencemarannya lebih tinggi. Untuk ke-3 zat kimia itu masing-masing 5,15 ? 1,77 ppm, 0,75 ? 0,15 ppm, dan 2,34 ? 1,36 ppm. Kesimpulannya genitri berperan menurunkan tingkat pencemaran. Itu sebabnya, ‘Jenitri digunakan sebagai pohon pelindung di sepanjang jalan Bandung-Lembang,’ kata Eka Budianta, budayawan.
A. Sebaran Alami Ganitri
Ganitri (Elaecocarpus sphaericus Schum) adalah salah satu jenis pohon asli Indonesia yang telah dikembangkan menjadi pohon yang multi guna. Nama lain Ganitri adalah Jenitri atau mata dewa. Di Indonesia Ganitri dikenal dengan berbagai nama lokal yaitu Ganitri (Sunda), Katulampa, mata Siwa (Bogor), Sambung Susu (Jawa), Klitri (Madura), Biji Mala (Bali), Biji Sima (Sulawesi Selatan).
Di Amerika Utara Ganitri dikenal dengan nama sum Bead, sedangkan di India Ganitri disebut Rudraksa, dimana rudra berarti Siwa dan aksa berarti mata, dengan arti keseluruhannya sebagai mata Siwa, yang secara mitologi, di suatu saat air mata siwa menitik kemudian tumbuh menjadi pohon rudraksa.
Tanaman Ganitri tumbuh menyebar di Asia Tenggara. Ada kurang lebih 350 spesies tersebar dari Madagaskar, Cina bagian Selatan, Nepal, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Thailand, Australia dan Kepulauan Pasifik. Menurut Fitri, 2010, Sekitar 70 % pohon Ganitri ditemukan di Indonesia dan banyak ditanam di Jawa Tengah, Sumatra, Kalimantan, Bali dan Timor. Penyebarannya dilakukan melalui burung dan kelelawar serta hewan pengerat. Sementara pada edisi Nopember 2007, Majalah Trubus menginformasikan bahwa selain di Jawa, Ganitri juga banyak ditanam di Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Timor.
Menurut Heyne, 1987, Di Jawa Ganitri terdapat pada ketinggaian kurang dari 1200m dpl terutama 500 m dpl dan 1000 m dpl. Menurut Van Delden dalam Heyne, 1987 agak umum terdapat dibudidayakan di daerah Trenggalek (Kediri Selatan) dan Wonosobo (Kedu) yang letaknya rata-rata pada ketinggian 350 m diatas permukaan laut, selain itu juga didaerah sekitar Cicalengka,Tasikmalaya dan Banjar.
B. Pemanfaatan Ganitri oleh Masyarakat.
1. Manfaat Lingkungan.
Di Indonesia, Ganitri dikenal sebagai pohon pelindung, berfungsi sebagai penghisap polutan. Ayunahati, 1995 dari Departemen Biologi ITB, telah melakukan penelitian tentang penyerapan Pb diudara oleh Ganitri sebagai salah satu spesies pohon pelindung di jalan R.E Martadinata Bandung.
Pohon ganitri berdiri diatas akar tunjang. Tinggi pohon bisa mencapai 35 meter dan diameter batangnya sampai 160 cm. Kayunya agak ringan hingga sedang beratnya, agak lunak, padat dan cukup halus strukturnya, berwarna coklat-kelabu dengan warna tambahan lembayung hingga coklat merah muda. Di Sukabumi digunakan sebagai kayu bangunan. Rumphius dalam Heyne, 1987 mengatakan bahwa Ganitrus kadang-kadang digunakan untuk balok-balok bangunan atas pada bangunan rumah, bila terkena tanah tidak awet.
Buahnya bila masak berwarna biru indah tercampur ungu. Daging buah yang masak benar rasanya agak seperti minuman anggur kadang-kadang dimakan anak-anak penggembala, akan tetapi sebagian besar dimakan oleh berbagai burung besar dan sapi, sehingga didalam kotorannya ditemukan biji yang telah bersih. Biji Ganitri seperti batu yang keras yang berlobang di bagian tengahnya yang hampir tembus. Seluruh permukaan bijinya berlubang dan beralur berulir seakan termakan cacing sehingga tampak indah seolah terukir. Penggunaan biji Ganitri umumnya untuk kalung, tasbeh dan pengobatan. Ukuran biji ganitri bervariasi dalam satu pohon. Semakin kecil ukuran biji Ganitri semakin mahal harganya.
2. Manfaat untuk Kesehatan
Majalah Trubus edisi XXXVIII Nopember 2007 dan beribagai web mengukapkan bahwa manfaat ganitri bukan hanya sekedar alat hitung dalam berdoa sebagai tasbeh atau rosario. Manfaat biji ganitri untuk menghilangkan stress telah dibuktikan oleh Dr. Suhas Roy dari Benaras Hindu University. Penelitiannya mengungkapkan bahwa biji ganitri mengirimkan sinyal secara beraturan ke jantung ketika digunakan sebagai kalung. Ia mengatur aktivitas otak yang mengarah pada kesehatan tubuh. Efek itu diperoleh karena biji ganitri memiliki sifat kimia dan fisik berupa induksi listrik, kapasitansi listrik, pergerakan listrikdan elektro magnetik. Karena itu biji ganitri mempengaruhi sistem otak pusat saat menyebarkan rangsangan bioelektrokimia. Hasiln, otak merasa tenang dan menghasilkan pikiran positif (Kamis, 2007)
Pembeda ganitri dan buah lain terungkap melalui riset Institut Teknologi India. Ganitri memiliki nilai spesifik grafiti sebesar 1,2 dan pH 4,48. Saat digunakan untuk berdoa misalnya, ganitri memiliki daya elektromagnetik sebesar 1000 gauss pada keseimbangan Faraday, hasil konduksi elektron alkalin, sehingga ganitri dipercaya dapat mengontrol tekanan darah, stress, serta berbagai penyakit mental (Trubus, 2007)
Singh R K dari Departemen Farmakologi, Banaras Hindu University dalam Trubus, 2007,membuktikan bahwa buah ganitri kering sebanyak 200 mg /kg yang dilarutkan dalam petroleum eter, benzena, kloroform,asetone dan et anol selama 30-45 menit menunjukan sifat anti pembengkakan radang akut dan nonakut pada tikus yang dilukai. Selain itu karena mengandung glikosida, steroid, alkaloid dan flavonoid, ganitri dapat melindungi tubuh dari bakteri, kanker dan pembengkakan, efektif meredam hipertensi dan menghasilkan perasaan tenang dan damai. Dalam 7 hari, tekanan darah turun bila dibarengi dengan mengalungkan ganitri di leher.
C. Nilai Ekonomi Ganitri
Saat ini, Indonrsia sebagai pemasok 70 % biji ganitri dunia, Nepal 20 % dan India 5 % (Bahtiar, 2007). Setiap tahun 350 ton biji ganitri diekspor keluar negeri, terutama India dan Australia. Ganitri memiliki nilai ekonomi yang menguntungkan bagi para pemiliknya. Menurut Wagino,2007 dari tanaman ganitri berumur 4 tahun didesa Dongdong, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah menghasilkan satu juta rupiah setiap pohon sekali panen.
Harga biji ganitri bervariasi tergatung ukuran dan jumlah lekukan (mukhi). Semakin kecil ukuran biji dengan warna coklat kemerahan harganya bertambah mahal. Harga biji ganitri menurut ukurannya (ada 11 ukuran dimulai dari 5,5 mm) dan harga turun setiap penambahan ukuran sebesar 0,5 mm. Pada tahun 2008 hargany adalah untuk kelas 1 (ukuran 5,5 mm) Rp 165,- per butir; kelas 2 adalah Rp 145,-/butir; kelas 3 = Rp 125,-/butir; kelas 4 = Rp 100,-/butir; kelas 5 = Rp 75,-/butir; kelas 6 = Rp 40,-/butir; kelas 7 = Rp 30,-/butir; kelas 8 = Rp 25,-/butir; kelas 9 = Rp 18,-/butir dan kelas 10 = Rp 15,-/butir.
Sedangkan untuk kelas 11 halus Rp 10.000,-/kg dan kelas 11 kasar Rp 7000/kg. Selain ukuran biji yang mempengaruhi harga adalah bentuknya berdasarkan jumlah lekukan (mukhi), yaitu ganitri mukhi 3 seharga Rp 18.000,-/butir; ganitri mukhi 4 seharga Rp 25.000,-/butir dan ganitri mukhi 6 seharga Rp 20.000,-/butir sedangkan ganitri dempet seharga Rp 150.000,-/butir. Dalam sekali panen pada tahun 2007, petani yang mempunyai 3 pohon ganitri dapat memperoleh hasil Rp 2.100.000,-. Berdasarkan informasi tersebut, Berkebun ganitri jika lokasinya sesuai sangatlah prospektif dan menjanjikan keuntungan
D. Budidaya Ganitri
1.Pengadaan Benih
Tanaman ganitri ditanam untuk tujuan produksi buah, namun budidayanya belum banyak dikembangkan dan biasanya ditanam sebagai tanaman pengisi hutan rakyat dengan jarak tanam tidak teratur. Musim berbunga tanaman ini umumnya pada bulan Oktober sampai Desember, muncul buah muda pada bulan Januari dan buah masak sekitar bulan Maret yang cirinya buah sudah berwarna biru. Buah berjatuhan biasanya pada bulan April sampai akhir Mei.
Tanaman ganitri mulai berbunga pada umuir 18 bulan, dan panen perdana biasanya pada umur 2-4 tahun dengan jumlah produksi buah dapat mencapai 350.000 butir. Pengunduhan dan pengumpulan buah sebaiknya dilakukan pada pertengahan bulan April sampai awal bulan Mei pada musim kemarau. Buahnya ternmasuk jenis ortodoks sehingga viabilitasnya dapa bertahan sampai beberapa tahun.
2.Teknik Pembibitan
Pemebibitan secara generative dilakukan dengan memecah buah ganitri untuk diambil benihnya. Oleh karena bijinya sangat keras, biasanya untuk mempercepat berkecambah, biji dipendam dalam tanah dan dipanaskan dengan api di atasnya, atau dengan cara biji dikerat atau diretakkan kulit bijinya. Umumnya akan berkecambah setelah 3-4 bulan. Biji yabng telah berkecanbah disapih ke media campuran tanah pasir dan kompos (3:1:1) atau media campuran tanah, pasir dan sekam padi (1:1:1) dalam polibag.
3.Teknik Penanaman dan pemeliharaan
Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam 30 x 30 x 30 cm kemudian diberi pupuk kandang yang telah masak sebanyak 2-5 kg serta nematisida berbahan aktif karbofuran secukupnya. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 6 x 6 m karena sudah dianggap cukup untuk perkembangan tajuknya.
Pemeliharaan tanaman secara periodic penting dilakukan antara lain pembersihan gulma, pemupukan dan pemberantasan hama. Hanma yang banyak menyerang antara lain uret yang dapat diatasi dengan menyiramklan larutan Marshal 25 ST dengan dosis 1 sendok the kedalam 1 liter air. Hama lain yang menyerang yaitu penggerek batang walaupun inetnsitasanya rendah yaitu pada sebagian batang/cabang yang jadi.
4. Teknik Memperkecil Biji
Mengingat harga biji ganitri yang berukuran kecil lebih mahal, biasanya masayarakat mengupayakan agar tanaman berbuah dengan ukuran lebih kecil. Cara yang biasa dilakukan antara lain memutrus distribusi makanan pada saattanaman mualai berbuah di bagian cabang/ranting, yaitu dengan cara pohon diteres atau mengelupasa kuilt sebagian cabang tanaman ganitri, melingkar dengan lebar 3-10 cm dengan tujuan untuk membatasai jumlah makanan pada bagian buah sehingga ukurannya lebioh kecil.
Memanen biji ganitri jauh menguntungkan dibanding kelapa,’ ujar pria kelahiran Cilacap 31 Desember 1925 itu. Bila sebatang kelapa menghasilkan 10 buah per bulan, ia paling-paling mengantongi Rp10.000 per pohon. Di kota minyak itu harga sebuah Cocos nucifera hanya Rp1.000.
Pendapatan itu lebih kecil ketimbang hasil penjualan ganitri, ‘Panen perdana satu pohon ganitri menghasilkan Rp250.000-Rp1,3-juta. Itu belum termasuk panen susulan,’ kata pensiunan perangkat desa itu. Tinggi rendahnya pendapatan itu lantaran ukuran biji yang tak seragam dari setiap pohon. Padahal, biji klitri-sebutannya di Madura-dihargai berdasarkan ukuran. Semakin kecil ukuran biji, kian tinggi harganya.
Menurut Komari, ‘Dari satu pohon belum tentu ada yang berukuran kecil.’ Biji ganitri dikelompokkan dalam 11 nomor, nomor 1-ukuran diameter 5 mm-adalah yang terkecil dan termahal. Nomor berikutnya setiap kenaikan 0,5 mm. Kelas 1-9 dihargai per butir, sedang nomor 10 dan 11 dihargai per kilogram.
Sejak pamornya naik, harga itu tak pernah turun, bahkan terus naik. Pada 1960 harga sebuah biji kelas 1 Rp0,5; sekarang, Rp152. Bandingkan dengan harga biji kelas 10 berukuran 9,5 mm mencapai Rp11.000 per kg; nomor 11 berukuran di atas 10 mm, Rp2.000 per kg. Setiap kenaikan diameter 0,5 mm, harga semakin turun. Harga sebuah biji nomor 9 ukuran 9 mm- Rp10.
‘Kelihatannya murah, tapi bila diakumulasikan bisa mencapai jutaan rupiah per pohon,’ papar ayah 3 anak itu. Dari sebuah pohon, biji yang termasuk kelas 1-9 tak sampai 20%. Pada panen perdana ketika pohon berumur 4 tahun, produksi mencapai 350.000 butir. Pekebun memanen buah pada September-Februari.
Varietas yang dibudidayakan Komari berproduksi ketika berumur 2 tahun; jenis lokal, umur 6-7 tahun. Batang varietas super lebih pendek sehingga memudahkan panen. Jenis super berumur 4 tahun tingginya 4 meter; lokal, 10-15 meter. Nah, jenis super itu lebih banyak menghasilkan biji kelas 1- 9. Dengan jarak tanam 6 m x 6 m, populasi ganitri di lahan 1 ha mencapai 120 pohon. ‘Setengahnya sudah berbuah dan siap panen 2 bulan mendatang,’ kata pria 72 tahun itu.
Di Desa Dongdong, Kecamatan Kesugihan, Cilacap, Komari bukan satu-satunya pekebun ganitri. Saat ini terdapat 70 pekebun yang membudidayakan pohon anggota famili Elaeocarpaceae itu di Cilacap. Setelah Komari sukses meraup laba besar, mereka ingin mengikuti jejaknya. Rata-rata mereka menanam 2-10 pohon mata dewa alias ganitri di pekarangannya. Belum dikebunkan
Untuk apa biji ganitri itu? Pemeluk agama Hindu menggunakan biji ganitri sebagai sarana peribadatan. Biji-biji itu diuntai membentuk rangkaian seperti tasbih bagi penganut Islam atau rosario bagi kaum Nasrani. Itulah sebabnya pasar terbesar biji ganitri ke India dan Nepal. Negara di Asia Selatan itu penganut Hindu terbesar. Tak hanya itu, ganitri dipercaya berkhasiat obat berbagai penyakit (baca: Mata Siwa Penyapu Polutan halaman 116).
Di Indonesia ganitri lebih dikenal sebagai pohon pelindung. ‘Tak banyak orang Indonesia yang mengebunkannya,’ tutur Soma Temple, pengusaha ganitri di Bali. Itulah sebabnya Soma kadang-kadang kesulitan mencari bahan baku dan harus mengimpor dari India dan Nepal. Di bawah label Aum Rudraksha, ia rutin memasarkan minimal 100 mala alias tasbih ganitri ke Australia, Jepang, dan Italia. Harga termurah berkisar Rp50.000-Rp80.000. Jika menginginkan desain khusus, harganya lebih mahal.
Selain di Cilacap, sentra penanaman ganitri juga ada di Desa Gadungrejo, Kecamatan Klirong, Kebumen, Jawa Tengah. Menurut staf Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Kebumen, Supono, total penanaman 35 ha dengan produksi per ha mencapai 1,9 ton. Kasimun dan Jasmin, membudidayakan masing-masing 18 dan 8 pohon jenis super di lahan 1.875 m2 dan 200 m2.
Panen perdana 3 pohon milik Jasmin berlangsung pada April 2007. Ia menuai 6.000 biji kelas 5, 5.000 biji (4), 3.000 biji (3), 2.000 biji (2), dan 750 biji (1). Sisanya masuk nomor 10-11. Dari penjualan itu Jasmin mengantongi Rp2,1-juta. Ia pun berhasrat menambah populasi pohon hingga 20 batang.
Laba itu memang terbilang besar. Sebab, biaya pemeliharaan sebatang pohon rudraksa relatif kecil. Komari hanya menghabiskan Rp7.500 per pohon per tahun. Dana itu untuk pemupukan dan penyiraman. Artinya, dari 3 pohon milik Jasmin yang sudah berproduksi, menelan biaya Rp22.500. Harga sebuah bibit sambung susu Rp100.000. Hasilnya mencapai jutaan rupiah dalam setahun.
Palsu
Bukan berarti usaha Kasimun selalu mulus. Awal menanam 40 bibit sambung susu yang didatangkan dari Cilacap mati menyisakan 18 batang saja. Kerugian yang dideritanya sekitar Rp2-juta. ‘Bibit patah karena tak tahan diterpa angin,’ kata Kasimun. Tak mau mengulangi kisah pahit itu, ia selalu memberi ajir setiap bibit yang baru ditanam dengan bambu sampai umur 1,5 tahun. Hama yang ditemui biasanya berupa ulat cokelat yang makan dan bersarang di dalam batang muda. Akibatnya tanaman kering dan mati. Jika hambatan teratasi, peluang bisnis ganitri masih terbentang.
Biji Elaeocarpus ganitrus dapat dijual dalam keadaan basah maupun kering. Namun, kebanyakan pekebun menjual kering lantaran keuntungan lebih besar. Dalam keadaan basah, biji kelas 1 dapat digolongkan nomor 3 karena kulit pembungkus biji cukup tebal. Apalagi mengupas kulit buah mudah dilakukan.
Cara Olah Biji Jenitri
Pekebun biasanya merebus buah ganitri dalam air mendidih selama 2 jam. Setelah kulit luar melunak, pekebun membersihkan dan menjemurnya selama 18 jam.
Pekebun seperti Komari menyetorkan biji kering kepada eksportir di Jakarta. ‘Berapa pun volumenya diambil,’ katanya. Eksportir membutuhkan 320 ton ganitri sekali kirim. Syaratnya biji ganitri harus cerah. Dibutuhkan saringan untuk menyeleksi biji ganitri dalam 11 kelompok dan menghitung jumlah biji setiap kelas.
Berapa pun harganya, selalu dibayar tunai. Dari setiap kelas yang ia beli, Komari mengutip minimal Rp10 per butir. Setiap musim panen rata-rata ia membeli hingga 1,5 ton ganitri dengan total pembelian seharga Rp600-juta. Sebagai pengepul, laba bersihnya lebih dari Rp100-juta per bulan.
Menurut Indian Times, setiap tahun jutaan biji rudaksa asal Indonesia masuk ke India. Nilai transaksi diestimasi mencapai Rp500-miliar. Kelangkaan dan tingginya kebutuhan itu memunculkan penjual nakal yang memperdagangkan biji ganitri palsu.
Buah Jenitri Melejit Lagi
SEMPAT meredup pada 2000, kini buah jenitri melejit lagi. Petani di kabupaten berslogan Beriman ini pun tak alergi dengan kegunaan jenitri yang sebelumnya hanya diketahui untuk kepribadian agama Budha dan Hindu itu. Belakangan diperoleh literasi kalau jenitri ternyata berguna untuk kesehatan. "Manfaat jenitri dapat menyerap toksin, ion-ion negatif, dan untuk ketenangan jiwa," kata Baskoro (41), warga Desa Karangjambu, Kecamatan Sruweng, Kebumen, kemarin.
Usaha jenitri yang ditekuni Baskoro berlangsung turun temurun. Ia meneruskan usaha dari orang tuanya. Selain sebagai perajin jenitri, juga pengepul, dan pembudidaya biji tumbuhan tersebut. Petani jenitri dari desa tetangga, seperti penusupan, Condongcampur, dan Donosari biasa menjual ke Baskoro. Kondisinya sudah diproses sampai kering. Pembeliannya ada yang per kilogram, ada yang per biji. Per kilogramnya Rp 17.000, sedangkan per biji Rp 25. "Harga jenitri memang fluktuatif mengikuti tren pasar," jelasnya.
Namun biji itu selalu laku. Bahkan tahun 1999, harga jenitri untuk ukuran kecil mencapai Rp 150.000/kg. Dari hasil menjual biji tersebut, petani memiliki penghasilan besar. Umumnya digunakan untuk membeli tanah. Bayangkan saja, sekali panen bagi petani yang memiliki 50 pohon jenitri bisa meraup penghasilan Rp 20 juta.
Batu Elektronmagnet
Baskoro mengemukakan, jenitri yang diperolehnya itu dipilah-pilah sesuai ukuran, jenis, dan warnanya yang sama. Ukuran jenitri dari 5,5-12 mm. Perbedaan besarnya jenitri per setengah mm. Diakuinya, ukuran jenitri ada yang membedakan harga. Namun perbedaannya lebih pada tekstur, seperti ada yang halus, kasar, bulat, lonjong, dan lempeng. Untuk warna, yakni, cokelat hingga kuning. Untuk warna hitam sortiran.
Jenitri cocok untuk kalung dan gelang. Untuk menghasilkan jenitri yang siap dibuat aksesoris itu, dari proses memetik di pohon kemudian direbus. Selanjutnya digilas.
Jenitri dikenal untuk ritual peribadatan. Namun sekarang sebagian bergeser untuk kesehatan dan asesoris. Kegunaan jenitri untuk kesehatan sama seperti batu yang mengeluarkan elektromagnet. (Arif Widodo-32)
sumber : suaramerdeka
0 Response to "Awal Mula Pohon Jenitri Sampai Ke Indonesia"
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan baik dan sopan, bila ada kesulitan silahkan bertanya