Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pada Klien Yang Menderita Diabetes Mellitus


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 

Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, dan penyakit vaskular mikroangiopati, dan neuropati. Pasien dengan kelainan intoleransi glukosa ringan (gangguan glukosa puasa dan gangguan intoleransi glukosa) dapat tetap beresiko mengalami komplikasi metabolik diabetes. Tujuh puluh lima persen penderita diabetes melitus akhirnya meninggal karena penyakit vaskuler, serangan jantung, gagal ginjal, stroke, dan ganggren adalah komplikasi utama. Selain itu, dampak ekonomi pada diabetes melitus jelas terlihat berakibat pada biaya pengobatan dan hilangnya pendapatan, selain konsekuensi finansial karena banyaknya komplikasi seperti kebutaan dan penyakit vaskuler.(Price, 2012)

Beberapa penelitian epidemiologis menunjukan bahwa prevalensi diabetes Melitus semakin meningkat. Survey yang dilakukan Monesi, et al (2011) sejak tahun 2001 hingga tahun 2007 mendapati bahwa jumlah penduduk dunia yang menderita diabetes melitus mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu 46,7%. Berdasarkan survey WHO (dalam Sumarno, 2012) diketahui bahwa jumlah penderita diabetes Melitus di Indonesia mencapai sekitar 17 juta orang (8,6 persen dari jumlah penduduk). WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2030 sekitar 21,3 juta orang di Indonesia menderita diabetes melitus. 

Terjadi peningkatan prevalensi diabetes melitus di Indonesia dari 1,1% (2007) menjadi 2,1% (2013). Angka kesakitan dan kematian akibat diabetes melitus di Indonesia cenderung berfluktuasi setiap tahunnya sejalan dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang mengarah pada makanan siap saji dan sarat karbohidrat (Kemenkes RI, 2013). 

Jumlah penderita diabetes melitus yang semakin meningkat membuktikan bahwa penyakit diabetes melitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) menyebutkan bahwa jumlah pasien rawat inap maupun rawat jalan di Rumah Sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin adalah diabetes melitus (Tandra, 2011). 
Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%) (Kemenkes, 2013). 

Propinsi Jawa Barat menduduki peringkat 11 untuk kasus diabetes melitus dengan prevalansi yang terdiagnosis dokter 1,3% dan prevalensi diabetes melitus yang terdiagnosis dokter atau gejala 2,0% (Kemenkes, 2013). Berdasarkan profil kesehatan propinsi Jawa Barat tahun 2013, proporsi penderita diabetes melitus menurut umur 15-44 tahun terdapat 3,6% dan >45 tahun terdapat 96,4% kondisi tersebut terjadi merata di seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Peningkatan kasus diabetes melitus tersebut dikarenakan peningkatan pendapatan dan perubahan gaya hidup masyarakat (Dinkes Jabar, 2013).

Ada banyak faktor yang memicu terjadinya diabetes. Semakin cepat kondisi diabetes diketahui dan ditangani akan mencegah komplikasi yang terjadi. Faktor-faktor yang dapat dianggap sebagai penyebab diabetes antara lain kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta melepas insulin. Faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain adanya infeksi, pola diet, umur, obesitas, kegemukan, kehamilan, gangguan sistem imunitas, kelainan insulin (Utama, 2009). 

Lingkungan penuh ancaman dan tuntutan ekonomi akan perawatan anggota keluarga yang menderita diabetes melitus dengan komplikasi kronik, dalam waktu yang tidak singkat dalam perawatannya, maka situasi tersebut menimbulkan beban keluarga. (Sukarmin & Riyadi, 2008). Tingkat kecemasan keluarga klien dipengaruhi oleh koping dan tingkat pengetahuan, pendidikan, informasi dan keyakinan (Setiawati, 2008).

Kecemasan merupakan suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seorang yang mengalami cemas, merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri dan merasa lemah sehingga tidak mampu untuk bersikap dan bertindak secara rasional (Wiramihardja, 2007). Secara psikologis banyak hal yang dapat terjadi pada penderita diabetes melitus, seperti reaksi fisiologis, termasuk kecemasan yang terjadi pada keluarga, keluarga sering dihadapkan dengan keadaan yang memicu kecemasan karena penderita diabetes melitus terhadap komplikasi dan perawatan dengan waktu yang lama. Kecemasan keluarga dapat dilihat dari sikap, perilaku dan cara berkomunikasi sejak terdiagnosa diabetes melitus.

Keluarga merasa terbebani pada pasien yang menderita diabetes melitus, karena diabetes melitus merupakan penyebab kesakitan dan mematikan, sehingga keluarga merasa stres dan cemas akan masa depan keluarganya, dengan terjadinya komplikasi akut dan kronik, juga mempengaruhi beban ekonomi dalam pengobatan dan perawatannya dalam waktu tidak singkat (Fontane, 2009).

Terjadinya stres karena stressor yang dirasakan dan dipersepsikan individu,merupakan suatu ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan. Oleh karana itu keluarga penderita diabetes mellitus harus selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal, sikap optimis merupakan sikap yang sangat dianjurkan dalam Islam, sebagaimana firman Alloh SWT dalam surat Al Imraan 3 Ayat 139 :

وَلَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

”Janganlah kamu bersikap lemah (pesimis), dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamu adalah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”. (Ali Imran 3 : 139).

Sikap optimis haruslah mengalahkan pesimis yang bisa jadi menyelinap dalam hati kita. Untuk itulah jika ingin hidup sukses, kita harus bisa membangun rasa optimis dalam diri. Keluarga pasien diabetes mellitus harus mampu untuk percaya bahwa hidup memang tidak mudah, tetapi dengan upaya baru, hidup akan menjadi lebih baik.

Masalah kesehatan yang tejadi dalam keluarga, salah satunya diabetes melitus yang dapat mengganggu stabilitas keluarga, apa bila terdapat salah satu anggota keluarga yang mengalami diabetes melitus yang sudah terjadi komplikasi seperti jantung, ginjal, hipertensi, hipoglikemia atau hiperglikemia, bahkan terjadi ganggren, maka hal tersebut dapat menjadi beban bagi anggota keluarga yang mengalami diabetes melitus (Setiadi, 2008). 

Status sehat atau sakit para anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya mempengaruhi jalannya suatu penyakit dan pengaruh status sehat atau sakit saling mempengaruhi atau sangat tergantung satu sama lain (Achjar, 2010). 

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusra (2010) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan kualitas hidup. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2013) juga menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi kualitas hidupnya. Tingkat pendidikan akan menentukan mudah atau tidaknya seseorang dalam menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pula pengetahuannya (Notoatmodjo, 2012). Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang baik akan lebih matang dalam proses perubahan dirinya sehingga akan lebih mudah menerima pengaruh dari luar yang positif, obyektif dan terbuka terhadap berbagai informasi terkait kesehatan. Sehingga dengan mudahnya penerimaan terhadap informasi terkait kesehatan tentunya akan memudahkan keluarga pasien diabetes melitus dalam melaksanakan manajemen perawatan diabetes melitus yang akan meningkatkan kualitas hidupnya pasien diabetes melitus.

Pendidikan menurut Undang-undang Repubilk Indonesia nomor 20 tahun 2003 Bab VI pasal 13, menyatakan: “ pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecedasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan dengan melihat data rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis pada tanggal 05 Maret 2015 diketahui bahwa penderita diabetes melitus pada tahun 2012 adalah sebanyak 236 kasus pada tahun 2013 sebanyak 294 kasus dan pada tahun 2014 sebanyak 357 kasus (Rekam Medis RSUD Ciamis, 2014). Berdasarkan data tersebut Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis mengalami peningkatan kasus diabetes melitus setiap tahunnya. .

Penulis melakukan stadi pendahuluan pada tanggal 05 maret 2015 dengan metode wawancara terhadap 5 orang keluarga yang sedang menemani pasien diabetes melitus 3 orang diantaranya mengatakan mereka mengetahui tentang penyakit diabetes melitus akan tetapi mereka masih merasa cemas akan keadaan penyakit pasien, 2 orang berpendidikan SMA, 1 orang pendidikanya Perguruan Tinggi dan 2 orang berpendidikan SMP, 4 orang dari 5 keluarga mengatakan bahwa sudah menjadi kewajiban keluarga untuk mengurus pasien. Tingkat kecemasan pada keluarga pasien diabetes melitus dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus, adanya komplikasi dan tidak memiliki cukup biaya untuk pengobatannya.. Tingkat kecemasan yang terus meningkat maka dapat mengakibatkan depresi pada keluarga diabetes melitus, sehingga dapat mempengaruhi kondisi keluarga.

Tingkat pendidikan keluarga akan mempengaruhi pengetahuan keluarga terhadap penyakit dan akan menimbulkan kecemasan dalam meghadapi dan merawat pasien diabetes melitus. Anggota keluarganya berperan penting untuk saling berusaha dan bersedia berkorban untuk menjaga keutuhan keluarga dengan memberikan keperawatan anggota keluarganya yang menderita diabetes melitus, jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkat prilaku interpersonal dengan situasi yang di alami keluarga yang menderita diabetes melitus (Setiadi, 2008).

Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pada Klein Yang Menderita Diabetes Melitus Di Ruang Rawat Inap Bedah Dan Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis Tahun 2015”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut : “adakah hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan keluarga pada klein yang menderita diabetes melitus di Ruang Rawat Inap Bedah Dan Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis Tahun 2015”?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan keluarga pada klein yang menderita diabetes melitus di ruang Rawat Inap Bedah Dan Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat pendidikan keluarga pada klein yang menderita diabetes melitus di Ruang Rawat Inap Bedah Dan Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis Tahun 2015
b. Mengetahui gambaran tingkat kecemasan keluarga pada klein yang menderita diabetes melitus di Ruang Rawat Inap Bedah Dan Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis Tahun 2015.
c. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan keluarga pada klein yang menderita diabetes melitus di Ruang Rawat Inap Bedah Dan Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis Tahun 2015.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis 
Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kesehatan dan keperawatan terutama yang berkaitan dengan diabetes melitus.
2. Manfaat Praktis 
a. Bagi Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengatur, mengelola, memberikan kepuasan pada pelanggan yang menggunakan jasa rumah sakit dan sebagai bahan evaluasi terhadap pelayanan keperawatan untuk mengurangi kecemasan keluarga klien yang menderita diabetes melitus.
b. Bagi Institusi Pendidikan 
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi yang berguna bagi para pembaca untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan juga sebagai acuan pembelajaran tentang penerapan asuhan keperawatan terkait dengan kecemasan, khususnya keluarga klien yang menderita diabetes melitus.
c. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan intervensi kepada perawat yang bekerja di lingkungan rumah sakit maupun klinik dalam menjalankan perannya secara luas selain caring, namun juga mencakup peran sebagai advokasi bagi keluarga untuk mengurangi kecemasan keluarga pada klien yang menderita diabetes melitus.

d. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya khususnya tentang faktor-faktor yang memegaruhi kecemasan keluarga klien yang menderita diabetes melitus.

E. Keaslian Penelitian 

Penelitian mengenai tingkat kecemasan keluarga sebelumnya pernah di lakukan oleh Ernawati (2013), Dengan Judul Gambaran Tingkat Kecemasan Keluarga Pada Klien Yang Menderita Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang. Desain deskriptif dengan Jumlah sampel sebanyak 63 orang. Pengambilan sampel menggunakan purposive Sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas mengalami kecemasan sedang (60,3%), mengalami kecemasan berat (23,8%), serta kecemasan ringan (15,9%).

Persamaan dengan penelitian ini adalah pada objek penelitian yang membahas Diabetes Melitus. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang peneliti buat yaitu pada lokasi, waktu, teknik pengambilan sampel, dan judul yang diambil yaitu “hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan keluarga pada klein yang menderita diabetes melitus di Ruang Rawat Inap Bedah Dan Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis”. Jenis penelitian yang akan dilakukan ini termasuk jenis penelitian yang bersifat analitik kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu pengumpulan data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat yang dilakukan dengan waktu yang bersamaan, populasi dalam penelitian adalah seluruh pasien diabetes melitus di Ruang Rawat Inap Bedah Dan Dalam. 

Untuk lebih lengkapnya tentang Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pada Klien Yang Menderita Diabetes Mellitus, Anda dapat mengunduhnya dibawah ini


*Ket
File juga tersedia dalam Power Point untuk bahan presentasi


0 Response to "Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pada Klien Yang Menderita Diabetes Mellitus"

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan baik dan sopan, bila ada kesulitan silahkan bertanya