Rangkuman Pembelajaran Tunagrahita
PEMBELAJARAN TUNAGRAHITA
3.a.1 Program Pendidikan Individual (PPI) merupakan terjemahan dari Individualized Education Program (IEP), yakni suatu program pendidikan yang disusun untuk setiap anak luar biasa. Dapat berupa rencana jangka panjang maupun pendek. Cangkupan PPI jauh lebih luas dibandingkan Program Individualisasi Pengajaran , karena PPI tidak hanya mencakup kurikulum bagi siswa ,tetapi juga penempatan, lembaga-lembaga terkait dalam pendidikan murid tersebut, serta aspek lain yang terkait.
3.b.1 KEGUNAAN PPI , adalah untukmenjamin bahwa tiap murid luar biasa di SLB maupun di sekolah umum memiliki suatu program yang diindividualisasikan untuk mempertemukan kebutuhan – kebutuhan khas yang dimiliki murid dan mengkomunikasikan prohram tersebut kepada orang orang yang berkepentingan dalam bentuk suatu program yang sistematis. Program ini juga dapat membantu para guru untuk mengadopsikan program umum dan atau program khusus bagi anak luar biasa yang bertolak atas kekuatan, kelemahan, dan minat anak.
INTERAKSI
1. Autistik
berarti gangguan perkembangan yang secara signifikan mempengaruhi komunikasi verbal dan non-verbal dan interaksi sosial, yang pada umumnya terjadi sebelum usia 3 tahun, dan dengan keadaan ini sangat mempengaruhi performa pendidikannya. Karakteristik lain yang sering diasosiasikan dengan autistik adalah keterikatan dalam aktivitas yang diulang-ulang dan gerakan-gerakan stereotype, menolak perubahan lingkungan/perubahan rutinitas sehari-hari dan tidak biasa merespon pengalaman-pengalaman sensorik.
Autistik merupakan gangguan perkembangan yang mempengaruhi beberapa aspek bagaimana anak melihat dunia dan bagaimana belajar melalui pengalamannya. Anak-anak dengan gangguan autistik biasanya kurang dapat merasakan kontak sosial. Mereka cenderung menyendiri dan menghindari kontak dengan orang. Orang dianggap sebagai objek (benda) bukan sebagai subjek yang dapat berinteraksi dan berkomunikasi.
Ciri-ciri autisme Menurut American Psychiatric Association dalam buku Diagnostic and
Statistical Manual of Mental DisorderFourth Edition Text Revision (DSM IV- TR, 2004), kriteria diagnostik untuk dari gangguan autistik adalah sebagai berikut:
A. Jumlah dari 6 (atau lebih) item dari (1), (2) dan (3), dengan setidaknya dua dari (1), dan satu dari masing-masing (2) dan (3):
(1). Kerusakan kualitatif dalam interaksi sosial, yang dimanifestasikan dengan setidak-tidaknya dua dari hal berikut:
- Kerusakan yang dapat ditandai dari penggunaan beberapa perilaku non verbal seperti tatapan langsung, ekspresi wajah, postur tubuh dan gestur untuk mengatur interak si sosial.
- Kegagalan untuk mengembangkan hubungan teman sebaya yang tepat menurut tahap perkembangan.
- Kekurangan dalam mencoba secara spontanitas untuk berbagi kesenangan, ketertarikan atau pencapaian dengan orang lain (seperti dengan kurangnya menunjukkan atau membawa objek ketertarikan).
- Kekurangan dalam timbal balik sosial atau emosional.
- Penundaan dalam atau kekurangan penuh pada perkembangan bahasa (tidak disertai dengan usaha untuk menggantinya melalui beragam alternatif dari komunikasi, seperti gestur atau mimik).Universitas Sumatera Utara
- Pada individu dengan bicara yang cukup, kerusakan ditandai dengan kemampuan untuk memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang lain.
- Penggunaan bahasa yang berulang-ulang dan berbentuk tetap atau bahasa yang aneh.
- Kekurangan divariasikan, dengan permainan berpura-pura yang spontan atau permainan imitasi sosial yang sesuai dengan tahap perkembangan.
- Meliputi preokupasi dengan satu atau lebih pola ketertarikan yang berbentuk tetap dan terhalang, yang intensitas atau fokusnya abnormal.
- Ke tidakfleksibilitasan pada rutinitas non fungsional atau ritual yang spesifik.
- Sikap motorik yang berbentuk tetap dan berulang (tepukan atau mengepakkan tangan dan jari, atau pergerakan yang kompleks dari keseluruhan tubuh).
- Preokupasi yang tetap dengan bagian dari objek
2. Deskripsikan istilah” :
- Echolalia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pengulangan nonfunctional anak frase tertentu seperti yang terdengar pada program televisi atau dari orang tua. Misalnya, ketika orang dewasa bertanya, "Bagaimana kabarmu hari ini?"seorang anak yang menggunakan echolalia akan menanggapi dengan, "Bagaimana kabarmu hari ini?" daripada mengatakan, "Aku baik-baik.
- Self injury atau self harm (menyakiti/melukai diri sendiri) merupakan tindakan menimbulkan luka-luka pada tubuh diri sendiri secara sengaja. Tindakan ini dilakukan tidak dengan tujuan bunuh diri tetapi sebagai suatu cara untuk melampiaskan emosi-emosi yang terlalu menyakitkan untuk diekspresikan dengan kata-kata. Self injury dapat berupa mengiris, menggores kulit atau membakarnya, melukai atau mememarkan tubuh lewat kecelakaan yang sudah direncanakan sebelumnya. Dalam kasus-kasus yang lebih ekstrim mereka bahkan mematahkan tulang-tulang mereka sendiri, memakan barang-barang yang berbahaya, mengamputasi tubuh mereka sendiri, atau menyuntikkan racun ke dalam tubuh.
Self injury sendiri merupakan kelainan psikologis yang jarang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari bukan karena jumlah kasus ini sedikit namun karena kasus-kasus yang ada merupakan suatu “fenomena gunung es”. Saat ini terdapat kecenderungan semakin meningkatnya jumlah remaja dan dewasa muda yang melakukan self injury sehingga topik ini harus dipahami dengan lebih baik.
Secara ringkas self injury didefinisikan sebagai mekanisme coping yang digunakan seorang individu untuk mengatasi rasa sakit secara emosional atau menghilangkan rasa kekosongan kronis dalam diri dengan memberikan sensasi pada diri sendiri. Self injury merupakan mekanisme coping yang kejam dan merusak namun banyak orang melakukannya karena memang mekanisme tersebut bekerja dan bahkan bisa menyebabkan kecanduan. - Definisi tantrum menurut kamus adalah luapan kemarahan atau kekesalan, dan ini bisa terjadi pada setiap orang. Namun, saat orang-orang membicarakan mengenai tantrum, mereka biasanya membicarakan mengenai satu hal spesifik, yaitu luapan kemarahan yang dilakukan anak kecil.
- Rigid Routines diartikan sebagai perilaku anak autistik yang cenderung mengikuti pola dan urutan tertentu dan ketika pola atau urutan itu berubah anak autistik menunjukkan ketidaksiapan atas perubahan tersebut. Beberapa kasus yang sederhana seperti urutan jalan ketika pergi ke sekolah, jenis pakaian yang dikenakan, perubahan ruang belajar atau terapi hingga perubahan jadual terapi dengan guru yang berbeda.
Beberapa anak-anak autistik akan toleran terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar, tetapi menjadi sangat cemas dan bingung/terganggu dengan perubahan sekecil apapun di lingkungannya. Aktivitas atau peristiwa yang mereka harapkan tetap sama. Anak-anak autistik mengembangkan perilaku rutinitas, dimana hal tersebut jarang atau sulit dihilangkan dan perilaku ini dapat menjadi tidak terkontrol dan terlalu mengganggu dalam proses belajar. Contoh yang sering dijumpai adalah anak autistik yang cenderung belajar dengan guru tertentu, jam tertentu dan belajar dengan materi serta alat peraga tertentu. Ketika guru memiliki hambatan untuk hadir dan digantikan dengan guru lain, beberapa kasus anak-anak autistik kebingungan dan menolak. Beberpa kasus anak autistik sangat rigid dengan pola duduk saat terapi berlangsung dan respon terhadap materi yang diberikan oleh guru.
4. Tujuannya untuk membentuk tinglah laku yang dapat diterima dan menghilangkan tingkah laku bermasalah seperti agresi. A –antecedent : hal yang mendahului tingkah laku. B- tingkah laku. C – akibat setelah bertingkah laku. Terapi ABA menggunakan teknik modifikasi tingkahlaku yang jelas(DTT, shaping, reward). Ada kurikulum yang jelas dengan cara pelaksanaan yang detil. Serta ada patokan tentang keberhasilan /kegagalan anak.
5. Son rise adalah program terapi berbasis rumah untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus, yang mengalami gangguan di komunikasi dan interaksi sosial. Program ini dapat membantu meningkatkan kontak mata, menerima keberadaan orang lain. Dan yang lebih penting, program ini, tidak memberikan punishment berupa kekerasan kepada anak. Proses ini dilakukan dengan harapan, anak mereka dapat ”berubah” dan menjadi kondisi yang lebih baik.
5. 1. Sindrom Asperger
Jenis gangguan ini ditandai dengan defisiensi interaksi sosial dan kesulitan dalam menerima perubahan rutinitas sehari-hari. Pada sindrom Asperger, kemampuan bahasa tidak terlalu terganggu bila dibandingkan dengan gangguan lain. Anak yang menderita jenis autisme ini kurang sensitif terhadap rasa sakit, namun tidak dapat mengatasi paparan suara keras atau sinar lampu yang tiba-tiba.
Anak dengan sindrom Asperger memiliki kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata sehingga secara akademik mampu dan tidak bermasalah.
2. Autistic Disorder
Autistic disorder disebut juga sebagai true autism atau childhood autism karena sebagian besar berkembang pada tiga tahun awal usia anak. Pada sebagian besar kasus, anak yang terkena autistic disorder tidak memiliki kemampuan berbicara dan hanya bergantung pada komunikasi non-verbal. Kondisi ini mengakibatkan anak menarik diri secara ekstrim terhadap lingkungan sosialnya dan bersikap acuh tak acuh. Anak tidak menunjukkan kasih sayang atau kemauan untuk membangun komunikasi.
3. Pervasif Developmental Disorder
Autisme jenis ini meliputi berbagai jenis gangguan dan tidak spesifik terhadap satu gangguan.
Tingkat keparahan mulai dari yang ringan sampai ketidakmampuan yang ekstrim. Umumnya didiagnosis dalam 5 tahun pertama usia anak. Pada gangguan ini, keterampilan verbal dan non-verbal efektif terbatas sehingga pasien kurang bisa komunikasi.
4. Childhood Disintegrative Disorder
Gejala-gejala gangguan ini muncul ketika seorang anak berusia antara 3 sampai 4 tahun.
Pada dua tahun awal, perkembangan anak nampak normal yang kemudian terjadi regresi mendadak dalam komunikasi, bahasa, sosial, dan keterampilan motorik. Anak menjadi kehilangan semua keterampilan yang diperoleh sebelumnya dan mulai menarik diri dari semua lingkungan sosial.
5. Rett Syndrome
Rett syndrome relatif jarang ditemukan dan sering keliru didiagnosis sebagai autisme.
6. Metode Penanganan Autisme
Sampai hari ini cara penyembuhan autisme belum ditemukan.
Tingkat keparahan autisme yang bervariasi antara satu individu dengan yang lainnya menyebabkan tidak ada satu penanganan yang cocok untuk semua individu yang menderita autisme.
Berikut ini adalah berbagai metode penanganan autisme:
1. Obat-obatan
Obat-obatan hanya dapat membantu mengendalikan gejala autisme.
Vitamin, suplemen gizi, antidepresan, dan obat-obatan antipsikotik menunjukkan hasil yang positif dalam mengobati kasus autisme.
2. Terapi Komunikasi
Terapi komunikasi membantu menginisiasi bahasa dan perkembangan non verbal. Terapi bicara dan interaksi sosial sering digunakan untuk membantu mengatasi hambatan emosional dalam komunikasi.
Cerita sosial digunakan untuk membantu anak autis memahami peristiwa, perasaan, penalaran, serta sudut pandang.
3. Terapi Perilaku
Terapi perilaku membantu mengubah perilaku berulang, tidak pantas, dan agresif. Terapi ini dilakukan untuk membantu anak autis memperoleh keterampilan yang dibutuhkan agar mampu berbaur dengan lingkungan sekitarnya. Berbagai metode digunakan untuk mengatasi autisme, baik dilakukan bersamaan maupun secara terpisah.
Bentuk layanan pendidikan anak autistik pada dasarnya terbagi menjadi:
- Layanan Pendidikan Awal, yang terdiri dari Program Terapi Intervensi Dini dan Program Terapi Penunjang.
- Layanan Pendidikan Lanjutan, yang terdiri Kelas Transisi atau Kelas Persiapan dan program lanjutan lainnya seperti Program Inklusi, Program Terpadu, Sekolah Khusus Autistik, Program Sekolah Di Rumah dan Griya Rehabilitasi Autistik.
0 Response to "Rangkuman Pembelajaran Tunagrahita"
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan baik dan sopan, bila ada kesulitan silahkan bertanya