Interaksi Sosial – Bentuk Interaksi Sosial Menurut Proses Terjadinya
Interaksi Sosial – Bentuk Interaksi Sosial Menurut Proses Terjadinya
Bentuk interaksi sosial terdpat 2 macam,yaitu bentuk interaksi sosial menurut jumlah pelakunya dan bentuk interaksi sosial menurut proses terjadinya. Postingan kali ini akan membahas tentang bentuk interaksi sosial menurut jumlah pelakunya. Pada postinga sebelumnya kita sudah membahas tentang bentuk interaksi sosial menurut jumlah pelakunya. Kali ini kita bahas tentang bentuk interaksi sosial menurut proses terjadinya.
Terdapat 6 bentuk interaksi sosial menurut proses terjadinya, antara lain: Imitasi, Identifikasi, Sugesti, Motivasi, Simpati, dan Empati. Dibawah ini akan diuraikan penjelasan masing-masing.
1. Imitasi
Proses imitasi pertama kali akan terjadi dalam sosialisasi keluarga. Misalnya, seorang anak sering- fccaJi meniru kebiasaan-kebiasaan orang tuanya seperti cara bicara dan cara berpakaian. Dari lingkungan keluarga proses imitasi ini terus berkembang kepada lingkungan yang lebih luas lagi, mulai oari lingkungan tetangga sampai kepada lingkungan masyarakat lainnya. Media audio visual seperti radio dan televisi akan mempercepat proses imitasi fang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Semakin kompleks keberadaan suatu masyarakat, dan semakin tinggi intensitas interaksi sosial, maka akan semakin besar pula dorongan proses mitasi yang terjadi dalam masyarakat. Contoh rang paling jelas antara lain gaya dan mode berpakaian di kalangan remaja di kota - kofa besar.
Proses imitasi akan mengarah kepada hal-hal rang positif maupun kepada hal-hal yang negatif. Apabila mengarah kepada hal-hal yang positif dampaknya akan positif. Kondisi masyarakatnya akan bertambah stabil dan harmonis, yang pada akhirnya akan menciptakan keselarasan dan keteraturan sosial. Sebaliknya, apabila proses imitasi itu mengarah kepada hal-hal yang negatif, dampaknya akan negatif pula. Di sana-sini akan timbul berbagai proses pehyimpangan sosial yang akan melemahkan sendi-sendi kehidupan sosial budaya. Lemahnya sendi-sendi kehidupan sosial budaya pada akhirnya akan melemahkan keseluruhan proses sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Agar proses imitasi tidak mengarah kepada hal-hal yang bersifat negatif, maka diharapkan adanya kondisi masyarakat yang menumbuh-kembangkan sistem nilai dan norma yang mampu menunjang sendi-sendi kehidupan masyarakat.
2. Identifikasi
Proses identifikasi ini erat sekali kaitannya dengan imitasi. Pola menirunya sudah begitu rupa eratnya, sehingga si peniru sudah mengidentifikasi- kan dirinya menjadi sama dengan orang yang ditirunya.
Proses identifikasi tidak hanya terjadi melalui serangkaiah proses peniruan pola perilaku saja, akan tetapi juga melalui proses kejiwaan yang sangat dalam. Sebagai contoh seorang pengagum berat yang begitu rupa mengagumi bintang film pujaannya, sering mengidentifikasikan dirinya menjadi bintang idolanya dengan meniru model rambut atau gaya perilakunya dengan menganggap dirinya sama dengar bintang pujaannya tersebut.Interaksi sosial yang sangat akrab dan terpola melalui jaringan komunikasi yang harmonis, juga banyak memungkinkan terjadinya proses identifikasi. Seorang anak laki-laki yang begitu deka: dan akrab dengan ayahnya suka mengidentifikasikan dirinya menjadi sama dengan ayahnya.
3. Sugesti
Sugesti bisa diberikan dari seorang individu kepada kelompok, kelompok kepada kelompok atau kelompok kepada seorang individu. Wujud sugesti bisa berbagai bentuk sikap atau tindakan. seperti sikap perilaku, pendapat, saran, pertanyaan, dan lain sebagainya. Reklame dan iklan yang dimuat di media cetak atau media elektronika, juga merupakan salah satu bentuk sugesti yang bersifat massal. Contohnya, obat yang harganya mahal yang merupakan produk impor dianggap pasti manjur menyembuhkan penyakit. Anggapan tersebut merupakan sugesti yang muncul akibat harga obat yang mahal dan embel-embel produk luar negeri.
Seperti diungkapkan pada contoh tersebut, umumnya orang yang mudah tersugesti adalah orang atau kelompok masyarakat yang berada dalam kondisi lemah, tertekan atau frustrasi. Contoh lainnya adalah sebagai berikut.
Seorang yang menderita penyakit menahun akan mudah tersugesti untuk pergi ke dukun daripada berobat tekun ke dokter.
Seorang remaja putus sekolah akan dengan mudah ikut-ikutan terlibat ’’kenakalan remaja”, tanpa memikirkan akibatnya kelak.
4. Motivasi
Bila dibandingkan dengan sugesti yang lebih bersifat negatif karena mampu mendorong orang berperilaku atau bertindak irasional, maka motivasi lebih bersifat positif.
Motivasi bisa juga diberikan dari seorang individu kepada kelompok, kelompok kepada kelompok, atau kelompok kepada individu.Wujud motivasi bisa dilihat dari berbagai contoh sikap atau perilaku, pendapat, saran, pertanyaan, dan lain sebagainya. Pemberian tugas dari seorang guru kepada murid-muridnya merupakan salah satu bentuk motivasi supaya mereka mau belajar dengan dan penuh rasa tanggung jawab.Motivasi diberikan pula oleh orang-orang yang kedudukan atau statusnya lebih tinggi dan berwibawa.
memiliki unsur-unsur keteladanan dan panutan masyarakat. Contoh lain adalah sebagai beriku Seorang ayah yang baik dan bijak adalah tokoh panutan yang disegani bagi seluruh anggota Keluarganya. Apa yang dilakukan sang ayah akan menjadi motivasi bagi keluarganya untuk berbuat dan berperilaku sebaik ayahnya.
5. Simpati
Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang atau sekelompok orang, atau suatu embaga formal pada saat-saat khusus, misalnya pada peringatan ulang tahun, pada saat lulus ujian, dan tada saat kenaikan jabatan.
Apabila perasaan simpati itu timbul dari seorang perjaka terhadap seorang gadis, atau sebaliknya kelak akan menimbulkan perasaan cinta kasih atau kasih sayang.
6. Empati
Empati mirip perasaan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja. Empati dibarengi perasaan organisma tubuh yang sangat dalam. Contohnya, kalau kita melihat orang celaka sampai luka berat dan orang itu kerabat atau teman dekat kita, maka perasaan empati menempatkan kita seolah-olah ikut celaka. Kita tidak hanya merasa kasihan terhadap yang terkena musibah itu, tetapi kita ikut merasakan penderitaannya. Demikian juga kalau seorang teman dekat kita yang orang tuanya meninggal dunia. Kita sama-sama merasa kehilangan, seolah-olah orang tua kita sendiri yang meninggal dunia itu.
Demikian penjelasan yang bisa kami sampaikan tentang Interaksi Sosial – Bentuk Interaksi Sosial Menurut Proses Terjadinya. Semoga postingan ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa dijadikan sumber literatur untuk mengerjakan tugas. Sampai jumpa pada postingan selanjutnya.
0 Response to " Interaksi Sosial – Bentuk Interaksi Sosial Menurut Proses Terjadinya"
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan baik dan sopan, bila ada kesulitan silahkan bertanya