Makalah Kepemimpinan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Kepemimpinan merupakan tema yang populer, yang tidak saja dibicarakan dan diteliti oleh para sarjana ilmu-ilmu sosial, ilmu perilaku, tapi yang dibicarakan pula oleh masyarakat pada umumnya. Meskipun telah banyak teori kepemimpinan yang dikembangkan, belum ada satu teori pun yang dirasakan paling sempurna.

Stogdill (1974) menyatakan bahwa jumlah macam batasan tentang kepemimpinan dapat dikatakan sama dengan jumlah orang yang telah mencoba membuat batasan tentang pengertian tersebut. Kepemimpinan merupakan sesuatu yang penting bagi manajer. Para manajer merupakan pemimpin (dalam organisasi mereka), sebaliknya pemimpin tidak perlu menjadi manajer. Kepemimpinan lebih berhubungan dengan efektivitas, sadangkan manajemeni lebih berhubungan dengan efisiensi.

Dalam kepemimpinan terdapat hubungan antar manusia yaitu hubungan mempengaruhi (dari pemimpin), dan hubungan kepatuhan-kepatuhan para pengikut/ bawahan karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Para pengikut terkena pengaruh kekuatan dari pemimpinya, dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan kepada pemimpin. Pemimpin ada dua yaitu pemimpin formal, yaitu orang yang oleh organisasi ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan denganya untuk mencapai sasaran organisasi. Pemimpin informal, yaitu orang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin; namun karena ia memiliki sejumlah kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat.

Kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kinerja bawahan. Pemimpin yang baik adalah sosok figur yang dapat memberi motivasi serta pengayoman terhadap bawahan. Sehinggga apabila kepemimpnan dalam suatu organisasi baik, maka organisasi tersebut dapat berkembang dengan baik pula.

1.2 Rumusan masalah
  1. Definisi kepemimpinan
  2. Asal kekuasaan pemimpin
  3. Apa saja tipe kepemimpinan
  4. Pendekatan studi kepemimpinan
  5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas kepemimpinan

1.3 Tujuan penulisan


Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah selain sebagai tugas kelompok mata kuliah Dasar-dasar Manajemen, juga untuk mengetahui tentang pengertian kepemimpinan, asal kekuasaan pemimpin, tipologi kepemimpinan, pendekatan studi kepemimpinan dan faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas kepemimpinan.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Definisi kepemimpinan

Definisi tentang kepemimpinan bervariasi sebanyak orang yang mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan. Definisi kepemimpinan secara luas adalah meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang di luar kelompok atau organisasi.

Menurut solihin (2006), kepemimpinan adalah suatu proses yang dilakukan manajer perusahaan untuk mengarahkan (directing) dan mempengaruhi (influencing) para bawahannya dalam kegiatan yang berhubungan dengan tugas (task-related aktivities), agar para bawahannya mau mengerahkan seluruh kemampuannya, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota tim, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
Hakekat kepemimpinan ialah bahwa atasan mempengaruhi perilaku orang lain didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang agar yang bersangkutan mengerjakan apa yang dikehendaki.

Kepemimpinan dipahami dalam dua pengertian yaitu sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan mempengaruhi orang. Kepemimpina hanyalah sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara suka rela/ suka cita.Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok.

Dari pengertian di atas dapat kami simpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi, mengarahkan, atau memberi contoh kepada pengikutnya untuk mencapai tujuan organisasi yang diharapkan.

2.2 Asal kekuasaan pemimpin

Kekuasaan pemimpin menurut solihin (2006), dapat berasal dari :
  • Legitimate power. Pemimpin memilki kekuasaan karena dia diberi kewenangan oleh otoritas/pemegang kekuasaan yang lebih tinggi.
  •  Expert power. Pemimpin memilki keahlian yang menonjol dalam bidangnya sehingga dia diakui otoritas keahliannya oleh orang lain.
  • Reward power. Kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin karena pemimpin tersebut gemar memberikan hadiah/imbalan terutama dalam bentuk materi.
  • Coercive power. Kekuasaan yang dimiliki pemimpin karena dia memiliki kemampuan untuk memaksa orang agar patuh terhadap perintahnya.
  • Refferent power. Kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpinkarena wibawa yang dia miliki. Kewibawaan seorang pemimpin diperoleh dari keselarasan antar perkataan dan perbuatannya.

Ada kepemimpinan formal, yang terjadi karena manajer mengarahkan bersandar pada wewenang formal, sedang kepemimipinan informal terjadi karena seseorang yang tanpa wewenang formal berhasil mempengaruhi perilaku orang lain. Kepemimpinan formal biasanya terhadap bawahan, sedang kepemimpinan informal kepada mereka yang berada pada satu tingkat, atasan lain, kontak luar, dan mereka yang mudah dipengaruhi.

Prinsip pertama dalam kepemimpinan adalah adanya hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin. Tanpa yang dipimpin tidak ada orang yang perlu memimpin. Prinsip kedua adalah bahwa pemimpin yang efektif menyadari dan mengelola secara sadar dinamika hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin (Richard Beckhard, 1995:125-126).
Keberhasilan seorang pemimpin dalam melaksanakan fungsinya tidak hanya ditentukan oleh salah satu aspek semata-mata, melainkan antara sifat, perilaku, dan  kekuasaan-pengaruh saling menentukan sesuai dengan situasi yang mendukungnya. Kekuasaan-pengaruh mempunyai peranan sebagai daya dorong bagi setiap pemimpin dalam mempengaruhi, menggerakkan, dan mengubah perilaku yang dipimpinnya ke arah pencapaian tujuan organisasi.

Konsepsi mengenai kepemimpinan tidak bisa dilepaskan dari kemampuan, kewibawaan, dan kekuasaan. Seorang pemimpin, karena status dan tugas-tugasnya pasti mempunyai kekuasaan. Kekuasaan merupakan kapasitas untuk mempengaruhi secara unilateral sikap dan perilaku orang ke arah yang diinginkan (Gary Yukl,1996: 183).

Konsepsi mengenai sumber kekuasaan yang telah diterima secara luas adalah dikotomi antara “position power” (kekuasaan karena kedudukan) dan “personal power” (kekuasaan pribadi). Menurut konsep tersebut, kekuasaan sebagian diperoleh dari peluang yang melekat pada posisi seseorang dalam organisasi dan sebagian lagi disebabkan oleh atribut-atribut pemimpin tersebut serta dari hubungan pemimpin – pengikut. Termasuk dalam position power adalah kewenangan formal, kontrol terhadap sumber daya dan imbalan, kontrol terhadap hukuman, kontrol terhadap informasi, kontrol ekologis. Sedangkan personal power berasal dari keahlian dalam tugas, persahabatan, kesetiaan, kemampuan persuasif dan karismatik dari seorang pemimpin (Gary Yukl,1996:167-175). Dengan bahasa yang sedikit berbeda, Kartini Kartono (1994:140) mengungkapkan bahwa sumber kekuasaan seorang pemimpin dapat berasal dari :
  • Kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain;
  • Sifat dan sikapnya yang unggul, sehingga mempunyai kewibawaan terhadap pengikutnya;
  • Memiliki informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang luas;
  • Memiliki kemahiran human relation yang baik, kepandaian bergaul dan berkomunikasi.

Kekuasaan merupakan kondisi dinamis yang dapat berubah sesuai perubahan kondisi dan tindakan-tindakan individu atau kelompok. Ada dua teori yang dapat menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh, dipertahankan atau hilang dalam organisasi. Teori tersebut adalah
  • Social Exchange Theory, menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh dan hilang selagi proses mempengaruhi yang timbal balik terjadi selama beberapa waktu antara pemimpin dan pengikut. Fokus dari teori ini mengenai expert power dan kewenangan.
  • Strategic Contingencies Theory, menjelaskan bahwa kekuasaan dari suatu subunit organisasi tergantung pada faktor keahlian dalam menangani masalah penting, sentralisasi unit kerja dalam arus kerja, dan tingkat keahlian dari subunit tersebut.
Para pemimpin membutuhkan kekuasaan tertentu untuk dapat efektif, namun hal itu tidak berarti bahwa lebih banyak kekuasaan akan lebih baik. Jumlah keseluruhan kekuasaan yang diperlukan bagi kepemimpinan yang efektif tergantung pada sifat organisasi, tugas, para bawahan, dan situasi.

Pemimpin yang mempunyai position power yang cukup, sering tergoda untuk membuat banyak orang tergantung padanya daripada mengembangkan dan menggunakan expert power dan referent power.

Sejarah telah menunjukkan bahwa pemimpin yang mempunyai position power yang terlalu kuat cenderung menggunakannya untuk mendominasi dan mengeksploatasi pengikut. Sebaliknya, seorang pemimpin yang tidak mempunyai position power yang cukup akan mengalami  kesukaran dalam mengembangkan kelompok yang berkinerja tinggi dalam organisasi. Pada umumnya, mungkin lebih baik bagi seorang pemimpin untuk mempunyai position power yang sedang saja jumlahnya, meskipun jumlah yang optimal akan bervariasi tergantung situasi.

Sedangkan dalam personal power, seorang pemimpin yang mempunyai expert power atau daya tarik karismatik sering tergoda untuk bertindak dengan cara-cara yang pada akhirnya akan mengakibatkan kegagalan.

2.3 Tipologi kepemimpinan
 
Gaya kepemimpinan, dalam beberapa literatur juga sering disebut tipe kepemimpinan. Gaya atau tipe kepemimpinan adalah serangkaian sikap, sifat dan karakter dari seorang pemimpin yang cenderung ditonjolkan dalam menggerakan organisasi. Contohnya seorang pemimpin perusahaan A memimpin perusahannya dengan sangat disiplin, terarah, serta kaku. Nah, jika anda seorang pemimpin, bagaimana gaya kepemimpinan anda? mari kita simak pandangan para ahli tentang gaya kepemimpinan.
Menurut Djatmiko (2008), ada lima tipe kepemimpinan yaitu :

1.    Tipe Otokratik

Dalam hal ini pengambilan keputusan seorang manajer yang otokratik akan bertindak sendiri dan memberitahukan kepada bawahannya bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan para bawahannya itu hanya berperan sebagai pelaksana karena mereka tidak dilibatkan sama skali dalam proses pengambilan keputusan.

2.    Tipe Peternalistik
Seorang pimpinan yang paternalistik dalam menjalankan organisasi menunjukkan kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut:
 
  • Dalam hal pengambilan keputusan kecenderungannya adalah menggunakan cara mengambil keputusan sendiri, kemudian menjual kepada bawahannya tanpa melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.
  • Hubungan dengan bawahan lebih banyak bersifat bapak dan anak.
  • Dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya, pada umumnya bertindak atas dasar pemikiran kebutuhan fisik para bawahan sudah terpenuhi. Apabila sudah terpenuhi, maka para bawahan akan mencurahkan perhatian pada pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
3. Tipe Kharismatik
Pemahaman yang lebih mendalam tentang kepemimpinan yang bersifat kharismatik menunjukkan bahwa sepanjang persepsi yang dimilikinya tentang keseimbangan antar pelaksanaan tugas dan pemeliharaan hubungan dengan para bawahan seorang pimpinan kharismatik nampaknya memberikan penekanan pada dua hal tersebut.

4. Tipe Laizessz Faire
Persepsi pimpinan yang Laizessz Faire tentang pentingnya pemeliharaan keseimbangan antara orientasi pelaksanaan tugas dan orientasi pemeliharaan hubungan sering terlihat bahwa aksentuasi diberikan pada hubungan ketimbang pada penyelesaian tugas. Titik tolak pemikiran yang digunakan ialah bahwa jika dalam organisasi terdapat hubungan yang intim antara seorang pemimpin dengan para bawahan, dngan sendirinya para bawahan itu akan terdorong kuat untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya secara bertanggung jawab.

5. Tipe Demokratik
Ciri pimpinan yang demokratik dalam hal pengambilan keputusan tercermin pada tindakannya mengikutsertakan para bawahan dalam seluruh proses pengambilan keputusan. Pemeliharaan hubungan tipe demokratik biasanya memberikan penekanan kuat pada adanya hubungan yang serasi, dalam arti terpeliharnya keseimbangan antara hubungan yang formal dan informal. Seorang pemimpin yang demokratik cenderung memperlakukan para bawahannya sebagai rekan kerja, juga menjaga keseimbangan antara orientasi penyelesaian tugas dan orientasi hubungan yang bersifat relasional.

Menurut rensis liker, gaya kepemimpinan seseorang dalam organisasi dapat dikelompokkan menjadi :
  • Eksploitatif, yaitu pemimpin yang memeras bawahan, bawahan harus mencapai tujuan yang ditetapkan, kalau tidak bisa dihukum.
  • Otoritatif, yaitu pemimpin yang keras terhadap bawahan, bawahan tidak boleh memberi komentar terhadap perintah pemimpin.
  • Konsultatif, yaitu pemimpin yang selalu meminta pendapat dari bawahan, perintah biasanya dikeluarkan setelah diskusi dengan bawahan.
  • Partisipatif, yaitu pemimpin yang selalu mengambil keputusan sesuai kesepakatan bawahan.
Sedang menurut George R. Terry ada enam tipe kepemimpinan :
  • Kepemimpinan Personal, pemimpin ini selalu mengadakan kontak langsung dengan bawahan. Dia dapat mengetahui setiap masalah yang dihadapai bawahan sehingga dia dapat segera memberikan petunjuk untuk menyelesaikan masalah. Melalui kontak langsung pemimpin dan bawahan dapat menanamkan pengaruh dan ide-idenya kepada bawahan. Sebab bawahan merasa diperhatikan, dibimbing, dan diarahkan menuju kemajuan.
  • Kepemimpinan Non-personal, pemimpin tipe ini dilakukan melaui media non-pribadi seperti perintah tertulus, surat keputusan, dan pengumuman-pengumuman.
  • Kepemimpinan Otoriter, yaitu pemimpin yang merasa bahwa kekuasaan yang sah adalah miliknya, sehingga merasa berhak memerintah dan memindahkan orang lain.
  • Kempemimpinan Demokratis, pemimpin ini ditandai dengan adanya partisipasi kelompok dalam penentuan tujuan dan pemanduan pemikiran-pemikiran untuk menentukan cara-cara terbaik dalam melaksanakan pekerjaan. Oleh karena itu, setiap pemikiran perorangan dan kelompok dihargai serta bersifat terbuka.
  • Kepemimpinan Kebapakan, kepemimpinan itu disebut dengan paternalistik yang ditandai oleh suatu sikap pemimpin yang dalam memimpin bertindak sebagai bapak, yaitu sebagai pendidik, pengasuh, pembimbing, dan penasihat dengan memperhatikan kesenangan dan kesejahteraan yang dipimpin.
  • Kepemimpinan Alamiah, pemimpin seperti ini timbul dengan sendirinya secara spontan, bukan karena pengangkatan yang diterima serta dituruti oleh orang lain. Kepemimpinan jenis ini sangat berpengaruh. Agar organisasi berhasil, manajemen harus memanfaatkan para pemimpin alamiah.
Itulah tiga pandangan ahli tentang gaya atau tipe kepemimpinan. Sekarang anda bisa menilai gaya kepemimpinan mana yang anda miliki, dan gaya kepemimpinan mana yang cocok dengan lingkungan organisasi yang anda pimpin.

2.4 Pendekatan studi kepemimpinan
 
Berbagai pendekatan studi kepemimpinan muncul:
  1. pendekatan sifat seseorang yang menfokuskan pada karakteristik pribadi pemimpin.
  2. pendekatan perilaku yang memfokuskan pada perilaku pemimpin dihadapkan dengan pengikutnya.
  3. pendekatan situsional yang memfokuskan pada kesesuaian antara perilaku pimpinan dengan karakteristik situsional. Yang dimaksud dengan karakteristik pribadi adalah umur, raut muka, ukuran badan, kecakapan, kerjasama, dan lain-lain. Biasanya pemimpin yang baik memiliki kombinasi karakteristik yang baik.
Perilaku pemimpin dapat dibagikan ke dalam yang mementingkan orang atau yang mementingkan tugas/hasil/produksi atau kombinasinya. Yang mementingkan orang namun tak begitu mementingkan tugas disebut pemimpin yang bebas; dan tidak mementingkan orang namun tak begitu mementingkan tugas disebut pemimpin yang mendukung/manusiawi; yang tidak mementingkan keduanya disebut pemimpin yang bebas; yang tidak mementingkan orang namun mementingkan tugas disebut pemimpin yang direktif/otokratif dan mereka yang memperhatikan orang dan tugas disebut pemimpin yang partisipatif/demokratis. Adapula yang menyatakan yang pertama itu manajemen santai, yang kedua manajemen yang mencelakakan, yang ketiga manajemen yang mementingkan tugas, yang keempat manajemen tim dan yang kelima manajemen tengah jalan.

Teori situsional dari Fieldler menyatakan bahwa pemimpin yang berorientasi tugas akan berhasil pada situasi dengan pengawasan ketat atau lepas, sedang pemimpin yang berorientasi hubungan akan berhasil pada situasi pengawasan yang moderat.
Teori lain, yaitu teori jalur tujuan dari House menyatakan bahwa:
  1. kepemimpinan direktif: memberitahu bawahan, memberikan arahan/pengertian, memberikan jadwal, dan mempertahankan standar kinerja;
  2. kepemimpinan yang mendukung, yang selalu diperhatikan bawahan, semua diperlakukan sama, semua teman dan mudah didekati;
  3. kepemimpinan yang berorientasi pada hasil yang menetapkan tujuan yang menantang, mengharapkan bawahan bekerja keras, mengarahkan selalu penyempurnaan, dan
  4. kepemimpinan partisipatif yang selalu berkonsultasi dengan bawahan, memperhatikan saran bawahan sebelum mengambil keputusan. Selanjutnya Vroom dan Yettom mengemukakan adanya tiga putusan, yaitu :
    • putusan kewenangan yang dibuat oleh pimpinan dan dikombinasikasikan pada bawahan; tak ada masukan dari bawahan kecuali diminta;
    • putusan konsultatif dimana masalah dipecahkan bersama; anggota dimintai informasi, saran dan pendapat,
    • putusan kelompok, dimana semua anggota berpartisipasi dan mencapai konsensus tentang apa yang harus dilakukan. Caranya yang direktif/otokratis cenderung berkeputusan yang individualistis/kewenangan; sedang gaya mendukung/partisipatif cenderung berkeputusan kelompok/konsensus.
Ada pula kepemimpinan transformasional dengan mereka yang dapat membuat orang melakukan kegiatan lebih daripada yang diharapkan, biasanya melalui kharisma, pertimbangan individual dan stimulasi intelektual.

Yang penting seorang itu dapat memimpin melalui komunikasi, motivasi dan dinamika kelompok sehingga mencapai kesatupaduan dan kinerja yang tinggi.

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas kepemimpinan
 
Menurut Stoner (1992 dalam Djatmiko, 2008), faktor-faktor yang mempengaruhi
efektifitas kepemimpinan ada enam, yaitu:
  1. Kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin
  2. Harapan dan perilaku para atasan
  3. Karakteristik, harapan dan peilaku bawahan
  4. Kebutuhan tugas
  5. Iklim dan kebijaksanaan organisasi
  6. Harapan dan perilaku rekan

Menurut H. Joseph Reitz (1981) factor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin meliputi :

1)  Kepribadian (personality) pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin
Hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya. Sebagai contoh, jika ia pernah suksies dengan cara menghargai bawahannya dalam pemenuhan, cenderung akan menerapkan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada bawahannya.

2) Harapan atau perilaku atasan
Sebagai contoh, yang secara tegas memakai gaya yang berorientasi pada tugas, cenderung seorang manajer menggunakan gaya itu.

3) Karakteristik harapan atau perilaku bawahan
Mempengaruhi terhada gaya kepemimpinan manajer. Sebagai contoh,  karyawan yang mempunyai kemampuan tinggi biasaynya kurang memerlukan pendekatan yang bersifat direktif dari pemimpin

4) Kebutuhan tugas
Setiap tugas juga akan mempengaruhi gaya pemimpin. Sebagai contoh, bawahan yang bekerja pada bagian pengolahan data (litbang) menyukai pengarahan yang lebih berorientasi kepada tugas

5) Iklim dan kebijakan organisasi
Mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan. Sebagai contoh, kebijakan dalam pemberian penghargaan , imbalan dengan skala gaji yang ditunjang dengan insentif lain (dana pendiun, cuti, bonus) akan mempengaruhi motivasi kerja bawahan.

6) Harapan dan perilaku rekanan
Sebagai contoh, manajer membentuk persahabatan dengan rekan-rekan dalam organisasi. Sikap mereka ada yang merusak reputasi, tidak mau kooperatif, berlomba memperebutkan sumber daya, sehingga mempengaruhi rekan-rekannya.

BAB III
PENUTUP
 
3.1 Kesimpulan
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.

Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).


3.2 Saran
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.

Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.

0 Response to "Makalah Kepemimpinan"

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan baik dan sopan, bila ada kesulitan silahkan bertanya