Penggunaan Media Pembelajaran Ipa Berupa Tumbuhan Asli Dalam Rangka Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Sd Negeri 2 Cijulang

 
Penggunaan Media Pembelajaran Ipa Berupa Tumbuhan Asli Dalam Rangka Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Sd Negeri 2 Cijulang

ABSTRAK
Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. hasil identifikasi terhadap permasalahan yang muncul pada pembelajaran IPA. Dari identifikasi masalah dan analisis masalah, maka altematif dan prioritas pemecahan masalah yang perlu penulis lakukan dalam rangka penelitian perbaikan pembelajaran adalah dengan cara guru menggunakan media pembelajaran IPA berupa tumbuhan asli dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Cijulang.

Tujuan perbaikan pembelajaran ini adalah untuk 1. Meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, 2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang tumbuhan asli, 3. Mengetahui dampak perbaikan pembelajaran, dan 4. Mendeskripsikan penggunaan media dalam pembelajaran IPA pada konsep tumbuhan asli.

Merujuk pada, hasil observasi dan analisis terhadap data yang terkumpul dan proses perbaikan pembelajaran IPA yang telah dilaksanakan, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Pemahaman siswa terhadap konsep tumbuhan yang hidup di air dapat ditingkatkan melalui penggunaan media pembelajaran, hal ini ditandai dengan perolehan nilai rata-rata pada setiap siklus mengalami peningkatan yaitu pada siklus kesatu 79.5 dan pada siklus kedua 92, (2) Dengan memberikan contoh konkrit, penjelasan terfokus pada media pembelajaran dan memberikan penguatan kepada siswa, menyebabkan motivasi dan minat belajar siswa meningkat.
Kata kunci :
Penggunaan media pembelajaran IPA, Berupa tumbuhan asli, Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk menyediakan suatu kondisi agar siswa melakukan proses belajar. Belajar dan pembelajaran selalu dilakukan oleh siswa dan guru dalam suatu situasi baik formal, informal maupun dalam situasi non formal. Dengan demikian proses Pembelajaran merupakan suatu proses yang sengaja dilakukan oleh seseorang agar seseorang dapat melakukan suatu proses belajar. (Winarno Surachmad,2001:14).

Pembelajarann merupakan proses mengajar dan belajar. Proses belajar dilaksanakan oleh guru yang memiliki pengaruh kuat terhadap proses belajar yang dilaksanakan oleh siswa. Proses pembelajaran melibatkan beberapa unsur, diantaranya adalah guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan sekitar, serta interaksi antara unsur-unsur tersebut Tanpa mengecilkan arti unsur-unsur yang lainnya, maka guru merupakan unsur yang paling menentukan keberhasilan prows belajar mengajar. Oleh karena itu cara mengajar siswa harus dilaksanakan secara cermat dan tepat, agar dalam proses belajar mengajar dapat menghasilkan muth atau kualitas pendidikan yang tinggi.

Upaya guru dalam menyajikan pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan adalah dengan cara menggunakan metode tertentu yang dianggap tepat Hal ini sesuai dengan pendapat Numan Soemantri (2002 : 24) yang menyatakan bahwa “metode adalah prosedur yang disistematisir untuk tujuan mengajar”. Oleh karena itu penggunaan metode mengajar akan berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.

Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Pengembangan aspek-aspek tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kecakapan hidup (life skills) melalui seperangkat kompetensi, agar siswa dapat  bertahan hidup, menyesuaikan diri, dan berhasil di masa yang akan datang.
Mutu pendidikan merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan dewasa ini. Mutu pendidikan perlu ditingkatkan dari waktu ke waktu secara berkesinambungan. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mutu pendidikan, pertama adalah penguasaan materi kedua adalah komitmen guru terhadap pembelajaran.
Namun demikian, kenyataan, yang dihadapi menunjukan setelah proses pembelajaran berakhir masih ada sebagian siswa yang tidak dapat menguasai materi pelajaran dengan baik khususnya pada mata pelajaran IPA. Hal ini terlihat dari perolehan nilai evaluasi siswa kelas V SD Negeri 2 Cijulang Kabupaten Ciamis. Pada umumnya siswa memperoleh nilai lebih rendah dibandingkan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang telah ditentukan yaitu sebesar 60. Tentu saja keadaan demikian sangat merisaukan guru karena siswa yang bersangkutan tidak dapat menuntaskan pembelajaran yang berarti siswa yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tujuan yang diharapkan.

Rumusan masalah
Setelah menganalisis masalah yang dihadapi siswa, yaitu rendahnya hasil belajar siswa tentang tumbuhan ash pada pembelajaran IPA, maka, permasalahan tersebut dapat dirurnuskan sebagai berikut :

“Bagaimanakah penggunaan media pembelajaran IPA dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Cijulang Kabupaten Ciarnis pada mata pelajaran IPA tentang tumbuhan asli?”

Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan melalui Penelitian Tindakan Kelas ini untuk :
  1. Meningkatkan profesionalisme guru dalam mehaksanakan proses pembelajaran.
  2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang tumbuhan asli.
  3. Mengetahui dampak perbaikan pembelajaran dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
  4. Mendeskripsikan penggunaan media dalam pembelajaran IPA pada konsep tumbuhan asli.
Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Manfaat dan penelitian ini adalah :
Bagi guru sebagai peneliti
  1. Dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di kelas.
  2. Memberikan wawasan pengetahuan, pengalaman kepada guru dan siswa dalani memecahkan permasalahan pembelajaran.
Bagi kelembagaanlsekolah
  1. Meningkatkan kualitas pendidik dan peserta didik melalui rangkaian Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
  2. Dapat mengembangkan fungsi lembaga Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran serta sebagai lembaga untuk kegiatan penelitian pendidikan dan pengajaran di Sekolah Dasar.
Bagi pendidikan secara umum
  1. Sebagai bahan acuan dalam pengambilan kebijakan yang berkenaan dengan upaya perbaikan pembelajaran secara umum.
  2. Memberikan referensi kepada para pendidik dalam memilih media pembelajaran yang tepat.

II. KAJIAN PUSTAKA

Media Pembelajaran IPA
Media pembelajaran IPA menurut A. Hidayat (2003 : 12) adalah “saluran komunikasi atau perantara yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan suatu pesan guna mencapai tujuan pengajaran”. Media pembelajaran merupakan alat bantu atau penunjang yang digunakan oleh guru untuk menunjang proses belajar mengajar pada siswa Sekolah Dasar.

Selanjutnya menurut A. Hidayat (2003 : 14) bahwa “media pembelajaran sangat dibutuhkan, karena siswa Sekolah Dasar rnasih berfikir secara real. Mereka lebih mudah memahami pelajaran yang menggunakan media pembelajaran daripada tanpa menggunakan media pembelajaran”.

Berikut ini akan dijelaskan macam-macam media pembelajaran dan kriteria pemakaian media pembelajaran menurut Suherman (2001 : 14-15) sebagai berikut :

Macam-macam media pembelajaran.
Ditinjau dan segi wujudnya media pembelajaran IPA dapat dikelompokan menjadi :
  • Media pembelajaran benda asli Adalah benda asli yang digunakan sebagai media pembelajaran seperti tumbuhan asli, khewan, air dan sebagainya.
  • Media pembelajaran tiruan Adalah benda bukan ash yng digunakan sebagai media pembelajaran seperti : gambar, tiruan jantung manusia dan balon dan selang plastik dan sebagainya.
Sifat-sifat media pembelajaran.
Dasar proses belajar adalah pengalaman dan proses belajar yang efektif serta permanen diperoleh dan pengalaman yang bersifat konkret dan langsung.
Namun pengalaman yang dernikian tidak selalu dapat diberikan kepada siswa, harus dirancang sedemikian rupa untuk dapat memilih pengganti pengalaman tadi dengan media pembelajaran, termasuk di dalamnya adalah penyajian proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran. Pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran akan mengkomunikasikan gagasan yang bersifat konkret, di samping juga membantu siswa mengintegrasikan pengalamanpengalaman sebelumnya.
Dengan demikian diharapkan media pembelajaran dapat memperlancar proses belajar siswa serta mempercepat pemahaman dan memperkuat daya ingat di dalam din siswa. Selain itu media pembelajaran diharapkan menarik perhatian dan membangkitkan minat serta motivasi siswa dalam belajar. Dengan demikian pemakaian media pembelajaran akan sangat mempengaruhi keefektifan proses pembelajaran yang diberikan kepada siswa-siswa.
Unsur metode dan alat juga merupakan unsur yang tidak dapat dilepaskan dan unsur lainnya yang berftingsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pengajaran agar sampai kepada tujuan.
Sifat-sifat atau fungsi media pembelajaran menurut Suherman (2001 : 17)
adalah sebagai berikut :
  • Membantu meningkatkan persepsi.
  • Membantu meningkatkan transfer belajar.
  • Membantu meningkatkan pemahaman.
  • Memberikan penguatan atau pengetahuan tentang hasil yang diperoleh.

Pembelajaran IPA
Menurut Turney dalam E. Mulyasa (2007:69) “untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, diperlukan berbagai keterampilan diantaranya adalah keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajan”. Keterampilan mengajar merupakan “kompetensi professional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dan berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh” (Dharmaji, 2005 : 14). Ada delapan keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil atau perorangan. Penguasaan terhadap keterampilan mengajar tersebut harus untuh dan terintegrasi.

Pada segi lain seorang guru harus mempunyai pendekatan dan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan dan memilih metode-metode pembelajaran yang efektif serta berusaha memberikan variasi dalam metode pembelajaran agar tidak kelthatan atau menyebabkan siswa atau peserta didik jenuh. Jika hal ini diterapkan, maka dituntut sekali inisiatif guru untuk melakukan variasi dan kreativitas guru.

Guru merupakan “seorang figur yang menjadi tauladan dan pedoman bagi siswa dalam bidang pendidikan dan pengajaran” (Surya 2004: 25). Guru merupakan nara sumber yang akan memberikan dan menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan bagi siswa, terutama sekali dalam hal pemahaman dan penyelesaian mata pelajaran IPA. Tetapi hal tersebut kemungkinan besar tidak sampai pada tahap yang diharapkan.

Pada teori ataupun pendekatan konstruktivis siswa iebih dominan dalam menentukan atau menemukan sendiri pemahaman tentang konsep pembelajaran itu sendiri. Hal ini juga berlaku pada mata pelajaran IPA. Mereka bisa mengerjakan dan menyelesaikan serta memecahkan sendiri persoalan IPA, baik yang berupa persoalan pembelajaran WA di kelas ataupun persoalan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari siswa. Kegiatan mi tidak akan ada artinya tanpa peranan dan kemampuan guru untuk mengarahkan dan melakukan pendekatanpendekatan konstrukstivis dalam membelajarkan siswa.

Pada pendekatan kontekstual (CTL: contextual teaching and learning) juga dinyatakan bahwa “CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan kepada keterkaitan antara materi pelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata” (E. Mulyasa, 2007:102).

Berdasarkan pemyataan yang dikemukakan tersebut sangat jelas bahwa guru dituntut untuk lebih mengenalkan siswa pada kehidupan nyata mereka. Jika kita masukkan ke dalam pembelajaran IPA kelas awal SD, maka segala macam bentuk persoalan yang akan diberikan kepada siswa harus menggambarkan persoalan yang diternui sehari-hari atau dengan kata lain yang berdekatan dengan pengalaman empiris peserta didik di lapangan.

Jadi dengan adanya kegiatan pembelajaran yang mengaitkan langsung dengan kehidupan nyata peserta didik akan dengan mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik itu sendiri.

Pembelajaran itu adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk menyediakan suatu kondisi agar siswa melakukan proses belajar. Belajar dan pembelajaran selalu dilakukan oleh siswa dan guru dalam suatu situasi baik formal, informal maupun dalam situasi non formal. Dengan demikian “proses pembelajaran merupakan suatu proses yang sengaja dilakukan oleh seseorang agar seseorang dapat melakukan suatu proses belajar” (Winarno Surachmad,2001 :14)

Proses belajar pada dasarnya merupakan interaksi dinamis antara siswa dengan guru dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini interaksi mengisyaratkan adanya aktivitas setiap pihak, baik siswa yang belajar maupun guru yang mengajar. Aktivitas kedua pihak terjalin dalam transaksi belajar mengajar.

Suatu pembelajaran dapat terlaksana apabila terpenuhinya tiga unsur yang mendukung terhadap proses pembelajaran. Ketiga unsur pendukung itu adalah (1). Guru sebagai perencana, pelaksana dan penilai pembelajaran, (2). Siswa sebagai objek dan (3). Materi peiajaran sebagai bahan pembelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik (E. Mulyasa, 2007:104).

Untuk mempermudah dan menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Bahan ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik perlu direncanakan terlebih dahulu. Semakin baik perencanaan yang disusun, semakin mudah pelaksanaan proses pembelajaran dan hasilnya semakin baik. Pada proses mengajar harus memiliki tahapan-tahapan untuk melaksanakan pembelajaran. Tiga tahapan yang harus dilaksanakan oleh guru menurut E. Mulyasa (2007:105), yaitu : a) tahapan pra instruksional yaitu persiapan sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimulai; b) tahapan Intruksional yaitu saat proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar; c) tahapan evaluasi dan tindak lanjut yaitu penilaian atas hasil proses belajar siswa mengikuti pengajaran dan tindak lanjut. Untuk mengawali pembelajaran, guru membuka pelajaran kemudian melakukan apersepsi. Apersepsi ini dilakukan untuk mengarahkan siswa kepada pembelajaran yang akan dipelajari, siswa diarahkan pada situasi yang kondusif.


Metode Ekspositori
Dalam pembelajaran IPA pemilihan metode pengajaran sangatlah penting, karena tidak sernua metode tepat untuk digunakan dalam mengajarkan materi pelajaran IPA. Oleh karena itu, guru harus profesional dalam pemilihan dan penentuan metode pengajaran yang tepat guna pencapaian tujuan yang diharapkan.

Metode yang akan digunakan haruslah efektif, sehingga dapat menghasilkan suatu pengajaran yang efektif pula. Sejalan dengan hal tersebut, Ruseffendi (1995: 282) mengemukakan “metode efektif mi merupakan syarat bagi terjadinya pengajaran efektif. Selain metode efektif, terdapat persyaratan lain sehingga pengajaran mi menjadi efektif, misalnya berorientasi kepada tujuan dan tidak membuang-buang waktu”.

Metode ekspositori adalah salah satu metode pengajaran IPA yang sering disama-artikan dengan metode ceramah. Padahal kedua metode tersebut berbeda. Metode ceramah, guru lebih banyak memberikan informasi, sedangkan siswa tidak terlalu aktif dalam belajar. Lain halnya dengan metode ekspositori, guru sedikit memberikan informasi, menjelaskan konsep IPA secara jelas, dan memberikan contoh soal dan suatu konsep, sedangkan siswa lebih aktif dalam belajar (E. Mulyasa, 2007 : 73).

Melihat perbedaan-perbedaan di atas, cara mengajarkan IPA yang path umumnya digunakan para guru IPA lebih tepat dikatakan sebagai penggunaan metode ekspositori daripada metode ceramah. Beberapa hasil penelitian di Amerika Serikat mengatakan metode eskpositori merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien dalam pembelajaran IPA. Demikian pula keyakinan sementara ahli teori belajar-mengajar. David P. Ausubel (dalam. Suherman, 2001:171) berpendapat bahwa “metode ekspositori yang baik merupakan cara mengajar yang paling efektifdan efisien dalam menanamkan belajar bermakna”.

Langkah-langkah pengajaran metode ekpositon inenurut Muchtar A. Karim, et.al. (2004:23) adalah sebagai berikut:
  • Pertama, sebelum menjelaskan dan menyampaikan pesan atau konsep, guru-guru menuliskan topik, menginformasikan tujuan pembelajaran, menyampaikan dan mengulas materi prasyarat, serta memotivasi siswa.
  • Kedua, guru menjelaskan dan menyajikan pesan atau konsep kepada siswa dengan cara lisan atau tertulis, agar konsep yang dijelaskan dapat dipahami oleh siswa, guru biasanya memberi contoh dan mengajukan pertanyaan secara lisan serta meringkas konsep yang telah disajikannya.
  • Ketiga, guru meminta siswa baik secara perorangan maupun kelompok untuk menggunakan konsep yang telah dipelajari dengan cara mengeijkan soal yang telah disediakan.
Walaupun metode pembelajaran ini terarah pada guru, proses dan hasil pembelajaran bisa efektif. Hal ini tergantung pada pengalaman guru dalam memilih dan menggunakan teknik pembelajaran.

III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Untuk lebih lengkap dan jelasnya Anda bisa mengunduh dokumen Penggunaan Media Pembelajaran Ipa Berupa Tumbuhan Asli Dalam Rangka Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Sd Negeri 2 Cijulang dibawah ini
 

0 Response to "Penggunaan Media Pembelajaran Ipa Berupa Tumbuhan Asli Dalam Rangka Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Sd Negeri 2 Cijulang"

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan baik dan sopan, bila ada kesulitan silahkan bertanya