Unsur Intrisik dan Ekstrinsik Hikayat Malim Demam
A. Hikayat Malim Deman
Raja Gombang Malin Dewa berputra seorang bernama Malin Deman. Pada suatu hari Malin Deman bermimpi disuruh pergi ke hulu sungai Bandar Muar. Di situ ia tinggal bersama Nenek Kabayan tua. Tidak jauh dari rumah Nenek Kabayan ada sebuah tasik (danau kecil di,kaki gunung atau kaki bukit) tempat ketujuh, putri kayangan bersiram (mandi-mandi).
Pada suatu hari Putri Bungsu mendesak kakak-kakaknya supaya mereka turun ke Tasik untuk mandi-mandi. Kakaknya melarang sebab bukan waktunya untuk mandi-mandi dan ayah mereka akan marah. Tetapi Putri Bungsu di kayangan mendesak juga. Dikatakannya bahwa kepalanya pusing dan hanya akan sembuh bila mandi di tasik dekat pondok Nenek Kabayan. Karena alasan itu maka berangkatlah mereka ke bumi menuju tasik tersebut menggunakan baju songsong barat (selendang untuk terbang).
Sedang asyik mereka mandi, secara diam-diam Malin Deman mengintai di balik sebatang pohon, dan dengan ranting kayu diambilnya satu di antara baju songsong barat itu.
Setelah puas berkecimpung mandi di tasik, naiklah putri-putri itu ke darat, pinggir tasik, mengenakan pakaian masing-masing. Ternyata baju terbang kepunyaan Putri Bungsu tidak ada. Dengan cemas mereka mencari ke sana kemari, tapi tetap tidak dapat ditemukan. Karena hari sudah senja terbang-pulanglah saudara-saudaranya dan tinggallah Putri Bungsu sendiri di pinggir tasik, menangis ketakutan. Kesempatan itu dipergunakan Malin Deman untuk memikat hati sang putri yang cantik. Dibujuknya Putri Bungsu untuk pulang bersama-sama. Karena tidak ada pilihan lain bagi Putri Bungsu, maka ajakan Malin Deman itu diterimanya dan ia mengikuti Malin Deman pulang ke Bandar Muar. Di sana mereka dinikahkan secara resmi dan terjalinlah rasa cinta kasih antara keduanya.
Setelah setahun menikah, mereka mendapatkan seorang putra yang mereka beri nama Malin Dewana. Kelahiran Malin Dewana mereka rasakan sangat membahagiakan. Tetapi
kemudian terjadi perubahan pada Malin Deman. Ia tidak menampakkan kasih sayang lagi kepada istrinya, Putri Bungsu. Tinggallah Putri Bungsu berhari-hari dalam kesedihan.
Suatu hari ketika ia melihat-lihat barang dalam lemari pakaian, terlihatlah olehnya baju songsong barat yang hilang beberapa tahun yang lampau. Segera didukungnya Malin Dewana, dikenakannya selendang terbang dan terbanglah ia pulang ke negeri ayahnya di atas kayangan.
Dicarinya Putri Bungsu ke hulu sungai Bandar Muar kalau-kalau ada di pondok Nenek Kabayan, Nenek Kabayan mengatakan bahwa sejak Malin Deman tidak pernah pulang putri-putri kayangan mandi di tasik dekat pondoknya. Malin Deman menyesal atas kelengahannya sehingga menyebabkan istrinya pulang ke kayangan.
Melihat kesedihan Malin Deman, akhirnya Nenek Kabayan menasihatkan supaya Malin Deman minta pertolongan kepada Putri Terus Mata yang mempunyai alat terbang. Putri Terus Mata mau meminjamkan alat terbang kepada Malin Deman dengan syarat supaya Malin Deman mau menikah dengan dia setelah pulang dari kayangan.
Setelah sampai di kayangan Malin Deman bertambah gusar, karena ternyata Putri Bungsu akan dinikahkan dengan Mambang Molek. Dicarinya upaya agar dapat membinasakan Mambang Molek. Dalam peristiwa adu ayam Malin Deman dapat membinasakan Mambang Molek yang sebelumnya telah menghina dia. Para saksi melihat bahwa Molek-lah yang sebenamya mendahului kerusuhan itu.
Malin Deman ditangkap dan dihadapkan kepada raja, untuk dihukum. Dalam keadaan terbelenggu di rumah raja, Malin Deman berkesempatan berjumpa dengan istrinya, yang sebenarnya tetap setia kepadanya. Putri Bungsu dengan gembira segera memberitahukan kepada ayahnya bahwa pesakitan adalah suaminya sendiri, ayah Malin Dewana. Karena memang bukan dia yang bersalah, maka Malin Deman dibebaskan dari hukuman. Untuk menyambut menantunya itu, ayah Putri Bungsu mengadakan perayaan, meresmikan dan merestui pernikahan Putri Bungsu dengan Malin Deman.
B). UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK HIKAYAT
(B.1) Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema yang diambil dalam hikayat “Malim Deman” adalah tentangKehidupan seorang raja.
2. Penokohan
Malim Deman :Bijaksana.
Bukti :“Malim Deman adalah putera raja dari Bandar Muar yang sangat bijaksana, lagi sangat elok rupanya”
Nenek Kebayan :Penolong.
Bukti :Dengan bantuan nenek kebayan juga, ia berasil mencuri selendang putri bungsu.
Putri Bungsu : Mudah tersinggung atau mudah marah.
Bukti : “Puteri Bungsu sangat masyghul hatinya”
Raja Jin : Licik.
Bukti : “Raja jin bersedia meminjamkan burung borak kepada Malin Deman dengan syarat . . .”
Malim Dewana : Penurut.
Bukti : “Maka ia pun terbang kembali kekayangan dengan anaknya Malim Dewana”.
3. Latar/Setting
Latar Tempat :
• Bandar Muar
“selang berapa lama, mereka pun kembali ke Bandar Muar”
• Rumah Nenek Kebayan
“akhirnya, sampailah ia kerumah nenek Kebayan”
• Kayangan
“sesampainya di kayangan didapatinya Puteri Bungsu . . .”
Latar Suasana :
• Suasana Menegangkan :
“Malim Deman mengalahkan mambang molek denganmenyambung ayam, maka timbullah pertikaman antara keduanya”
• Suasana Senang:
“Sekali lagi Malim Deman sekeluarga pun turun kembali ke dunia semula”
4. Alur
Maju
- Ekposisi (Tahap perkenalan):
“Malim deman adalah putera raja dari Bandar Muar yang sangat bijaksana, lagi sangat elok rupanya”
- Penampilan Permasalahan:
e“setelah besar, Malim Deman bermimpi seorang wali Allah menyuruhnya pergi kerumah nenek kebayan untuk mendapatkan puteri bungsu dari kayangan sebagai istrinya”
- Komplikasi (Tahap Permasalah) :
“puteri bungsu sangat masyghul hatinya. Kebetulan pula ia menemukan kembali baju kayangan. Maka ia pun terbang kembali kekayangan dengan anaknya Malin Dewana”
- Tahap Klimaks :
“sesampainya di kayangan didapatinya Puteri Bungsu akan dikawinkan dengan Mambang Molek. Malim Deman mengalahkan Mambang dalam menyambung ayam. Maka timbullah pertikaman antara keduanya”
- Tahap Ketegangan Menurun:
“sekali lagi Malim Deman sekeluarga pun turun ke dunia semula”.
5. Sudut Pandang
“Akhirnya, sampailah ia kerumah nenek kebayan “
Dari data di atas digambarkan bahwa penulis menggunakan Sudut pandang orang ketiga serba tahu.
6. Gaya Bahasa
Raja Gombang Malin Dewa berputra seorang bernama Malin Deman. Pada suatu hari Malin Deman bermimpi disuruh pergi ke hulu sungai Bandar Muar. Di situ ia tinggal bersama Nenek Kabayan tua. Tidak jauh dari rumah Nenek Kabayan ada sebuah tasik (danau kecil di,kaki gunung atau kaki bukit) tempat ketujuh, putri kayangan bersiram (mandi-mandi).
Pada suatu hari Putri Bungsu mendesak kakak-kakaknya supaya mereka turun ke Tasik untuk mandi-mandi. Kakaknya melarang sebab bukan waktunya untuk mandi-mandi dan ayah mereka akan marah. Tetapi Putri Bungsu di kayangan mendesak juga. Dikatakannya bahwa kepalanya pusing dan hanya akan sembuh bila mandi di tasik dekat pondok Nenek Kabayan. Karena alasan itu maka berangkatlah mereka ke bumi menuju tasik tersebut menggunakan baju songsong barat (selendang untuk terbang).
Sedang asyik mereka mandi, secara diam-diam Malin Deman mengintai di balik sebatang pohon, dan dengan ranting kayu diambilnya satu di antara baju songsong barat itu.
Setelah puas berkecimpung mandi di tasik, naiklah putri-putri itu ke darat, pinggir tasik, mengenakan pakaian masing-masing. Ternyata baju terbang kepunyaan Putri Bungsu tidak ada. Dengan cemas mereka mencari ke sana kemari, tapi tetap tidak dapat ditemukan. Karena hari sudah senja terbang-pulanglah saudara-saudaranya dan tinggallah Putri Bungsu sendiri di pinggir tasik, menangis ketakutan. Kesempatan itu dipergunakan Malin Deman untuk memikat hati sang putri yang cantik. Dibujuknya Putri Bungsu untuk pulang bersama-sama. Karena tidak ada pilihan lain bagi Putri Bungsu, maka ajakan Malin Deman itu diterimanya dan ia mengikuti Malin Deman pulang ke Bandar Muar. Di sana mereka dinikahkan secara resmi dan terjalinlah rasa cinta kasih antara keduanya.
Setelah setahun menikah, mereka mendapatkan seorang putra yang mereka beri nama Malin Dewana. Kelahiran Malin Dewana mereka rasakan sangat membahagiakan. Tetapi
kemudian terjadi perubahan pada Malin Deman. Ia tidak menampakkan kasih sayang lagi kepada istrinya, Putri Bungsu. Tinggallah Putri Bungsu berhari-hari dalam kesedihan.
Suatu hari ketika ia melihat-lihat barang dalam lemari pakaian, terlihatlah olehnya baju songsong barat yang hilang beberapa tahun yang lampau. Segera didukungnya Malin Dewana, dikenakannya selendang terbang dan terbanglah ia pulang ke negeri ayahnya di atas kayangan.
Dicarinya Putri Bungsu ke hulu sungai Bandar Muar kalau-kalau ada di pondok Nenek Kabayan, Nenek Kabayan mengatakan bahwa sejak Malin Deman tidak pernah pulang putri-putri kayangan mandi di tasik dekat pondoknya. Malin Deman menyesal atas kelengahannya sehingga menyebabkan istrinya pulang ke kayangan.
Melihat kesedihan Malin Deman, akhirnya Nenek Kabayan menasihatkan supaya Malin Deman minta pertolongan kepada Putri Terus Mata yang mempunyai alat terbang. Putri Terus Mata mau meminjamkan alat terbang kepada Malin Deman dengan syarat supaya Malin Deman mau menikah dengan dia setelah pulang dari kayangan.
Setelah sampai di kayangan Malin Deman bertambah gusar, karena ternyata Putri Bungsu akan dinikahkan dengan Mambang Molek. Dicarinya upaya agar dapat membinasakan Mambang Molek. Dalam peristiwa adu ayam Malin Deman dapat membinasakan Mambang Molek yang sebelumnya telah menghina dia. Para saksi melihat bahwa Molek-lah yang sebenamya mendahului kerusuhan itu.
Malin Deman ditangkap dan dihadapkan kepada raja, untuk dihukum. Dalam keadaan terbelenggu di rumah raja, Malin Deman berkesempatan berjumpa dengan istrinya, yang sebenarnya tetap setia kepadanya. Putri Bungsu dengan gembira segera memberitahukan kepada ayahnya bahwa pesakitan adalah suaminya sendiri, ayah Malin Dewana. Karena memang bukan dia yang bersalah, maka Malin Deman dibebaskan dari hukuman. Untuk menyambut menantunya itu, ayah Putri Bungsu mengadakan perayaan, meresmikan dan merestui pernikahan Putri Bungsu dengan Malin Deman.
B). UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK HIKAYAT
(B.1) Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema yang diambil dalam hikayat “Malim Deman” adalah tentangKehidupan seorang raja.
2. Penokohan
Malim Deman :Bijaksana.
Bukti :“Malim Deman adalah putera raja dari Bandar Muar yang sangat bijaksana, lagi sangat elok rupanya”
Nenek Kebayan :Penolong.
Bukti :Dengan bantuan nenek kebayan juga, ia berasil mencuri selendang putri bungsu.
Putri Bungsu : Mudah tersinggung atau mudah marah.
Bukti : “Puteri Bungsu sangat masyghul hatinya”
Raja Jin : Licik.
Bukti : “Raja jin bersedia meminjamkan burung borak kepada Malin Deman dengan syarat . . .”
Malim Dewana : Penurut.
Bukti : “Maka ia pun terbang kembali kekayangan dengan anaknya Malim Dewana”.
3. Latar/Setting
Latar Tempat :
• Bandar Muar
“selang berapa lama, mereka pun kembali ke Bandar Muar”
• Rumah Nenek Kebayan
“akhirnya, sampailah ia kerumah nenek Kebayan”
• Kayangan
“sesampainya di kayangan didapatinya Puteri Bungsu . . .”
Latar Suasana :
• Suasana Menegangkan :
“Malim Deman mengalahkan mambang molek denganmenyambung ayam, maka timbullah pertikaman antara keduanya”
• Suasana Senang:
“Sekali lagi Malim Deman sekeluarga pun turun kembali ke dunia semula”
4. Alur
Maju
- Ekposisi (Tahap perkenalan):
“Malim deman adalah putera raja dari Bandar Muar yang sangat bijaksana, lagi sangat elok rupanya”
- Penampilan Permasalahan:
e“setelah besar, Malim Deman bermimpi seorang wali Allah menyuruhnya pergi kerumah nenek kebayan untuk mendapatkan puteri bungsu dari kayangan sebagai istrinya”
- Komplikasi (Tahap Permasalah) :
“puteri bungsu sangat masyghul hatinya. Kebetulan pula ia menemukan kembali baju kayangan. Maka ia pun terbang kembali kekayangan dengan anaknya Malin Dewana”
- Tahap Klimaks :
“sesampainya di kayangan didapatinya Puteri Bungsu akan dikawinkan dengan Mambang Molek. Malim Deman mengalahkan Mambang dalam menyambung ayam. Maka timbullah pertikaman antara keduanya”
- Tahap Ketegangan Menurun:
“sekali lagi Malim Deman sekeluarga pun turun ke dunia semula”.
5. Sudut Pandang
“Akhirnya, sampailah ia kerumah nenek kebayan “
Dari data di atas digambarkan bahwa penulis menggunakan Sudut pandang orang ketiga serba tahu.
6. Gaya Bahasa
- Penggunaan bahasanya sulit di mengerti.
- Menggunakan bahasa melayu kuno.
- Menggunakan kata penghubung maka dalam awal kalimat, contoh: “Maka berapa lama, mereka pun kembali ke Bandar Muar”.
- Keluarga itu sangat penting dalam kehidupan kita, jadi jangan kita sia-siakan keluarga kita tersebut.
- Saling tolong-menolonglah terhadap sesama, tetapi jangan tolong-menolong dalam berbuat kejahatan.
- Janganlah kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.
Nilai Pendidikan
- Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.
Nilai Moral
- Jangan kita terlalu memaksakan kehendak kita pada orang lain.
Kita harus bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal di dalam hidup kita.
Nilai Budaya
- Kita harus saling menghormati terhadap sesama.
- Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.
Nilai Moral
- Jangan kita terlalu memaksakan kehendak kita pada orang lain.
Kita harus bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal di dalam hidup kita.
Nilai Budaya
- Kita harus saling menghormati terhadap sesama.
0 Response to "Unsur Intrisik dan Ekstrinsik Hikayat Malim Demam"
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan baik dan sopan, bila ada kesulitan silahkan bertanya