Skripsi Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Quantum Teaching Pada Materi Organ Tubuh Manusia


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan sangat penting bagi kelangsungan pembangunan suatu negara. Pendidikan semakin hari semakin berkembang untuk lebih berperan sebagai pendidikan yang mengembangkan sumber daya manusia dan tatanan kehidupan. Pendidikan merupakan suatu fenomena manusia yang sangat kompleks karena sifatnya yang kompleks itu maka pendidikan dapat dilihat dan dijelaskan dari berbagai sudut pandang, seperti dari sudut pandang psikologis, sosiologi, antropologi, ekonomi, politik dan sebagainya. Untuk mencapai tujuan tersebut salah satu usaha yang harus dilakukan adalah meningkatkan mutu pendidikan kepada siswa didalam proses belajar mengajar di sekolah. Peningkatan mutu pendidikan merupakan hal wajib yang perlu dilakukan secara berkesinambungan guna menjawab perubahan zaman.

Pendidikan merupakan sebuah proses yang terus berkembang sesuai dengan perubahan dinamis yang terjadi sebagai perkembangan IPTEK, perubahan-perubahan nilai budaya, dan meningkatnya tuntutan masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup dalam laju pembangunan yang dewasa ini berkembang dengan sangat pesat.

Mempersiapkan siswa dalam memasuki dan menghadapi era globalisasi merupakan tuntutan yang tercantum dalam sistem pendidikan nasional, dimana didalamnya terdapat tuntutan untuk bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia untuk menjadi manusia seutuhnya, yaitu pribadi yang integratif, produktif, kreatif, dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan berwawasan keilmuan sebagai warga negara yang bertanggung jawab, serta mengembangkan program pendidikan yang mampu mempersiapkan siswa dalam menghadapi masyarakat yang maju di masa yang akan datang.

Hal tersebut sesuai dengan tuntutan yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat (1) yang menyatakan bahwa Pendidikan adalah :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecedasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan pada hakikatnya berlangsung seumur hidup, dari sejak dalam kandungan, kemudian melalui seluruh proses dan siklus manusia. Oleh karenanya, secara hakiki pembangunan pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam upaya pembangunan manusia. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, pembangunan pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan dan mensejahterakan kehidupan warga negara.

Pendidikan merupakan hak setiap warga negara, maka didalamnya mengandung makna bahwa pemberian layanan pendidikan kepada individu, masyarakat, dan warga negara adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah masyarakat dan keluarga. Oleh karena itu, manajemen sistem pembangunan pendidikan harus di rancang dan dilaksanakan secara terpadu dan diarahkan pada peningkatan akses pelayanan yang seluas-luasnya bagi warga masyarakat, bermutu, efektif dan efesien.

Pembangunan pendidikan merupakan salah satu bagian yang sangat vital dan fundamental untuk mendukung upaya-upaya peningkatan pendidikan khususnya di sekolah dasar. Dalam hal ini pemerintah di wakili oleh Departemen Pendidikan Nasional memberikan tugas tersebut kepada pihak sekolah untuk mewujudkan hal tersebut.

Dalam peraturan pemerintahan Nomor 28 Tahun 1990, ayat 1 tentang Pendidikan Dasar ditegaskan :
Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan secara pribadi, serta secara bersama-sama dengan masyarakat, warga negara, dan umat manusia lain, serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah.

Pada pasal 17 juga ditegaskan yang berbunyi :
1) Pedidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah , 2) Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS), atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan juga sangat berperan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia untuk menjadi manusia seutuhnya, yaitu pribadi yang integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan berwawasan keilmuan sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan,perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupn politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat di media massa, seminar, dan di berbagai kesempatan. Berbagai alternatif penyelesaian diajukan seperti peraturan, undang-undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih kuat. Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak mengurangi, masalah budaya dan karakter bangsa yang dibicarakan itu adalah pendidikan. 

Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat dimasyarakat. Di sekolah dasar pencapaian tujuan tersebut dilakukan dalam proses belajar mengajar sejumlah mata pelajaran dikelas. salah satu mata pelajaran yang berperan dalam memberikan wawasan, keterampilan, disiplin, kerja keras, kretif, mandiri, peduli lingkungan dan sikap bertanggungjawab adalah mata pelajaran IPA, yang bertujuan menanamkan nilai budaya karakter bangsa.

Pembelajaran IPA (sains) di Sekolah Dasar selalu mengacu kepada kurikulum IPA. Didalam kurikulum telah ditegaskan bahwa pembelajaran IPA harus menekankan pada penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas,2006). Proses pembelajaran IPA yang diharapkan adalah yang dapat mengembangkan keterampilan proses, pemahaman konsep, aplikasi konsep,sikap ilmiah siswa serta mendasarkan kegitan IPA pada isu-isu yang berkembang di masyarakat.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran , guru berpedoman kepada kurikulum. Kurikulum adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan/ program pendidikan. Melalui kurikulum diharapakan dapat terbentuk tingkah laku berupa kemampuan-kemampuan aktual dan potensial dari para siswa.
Tugas para guru adalah membantu mengoptimalkan perkembangan siswa. Perkembangan-perkembangan yang dialami siswa pada umumnya diperoleh melalui proses belajar, yaitu suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran, Hamalik (dalam Mulyadi,2010: 2)
Sebagaimana tercantum dalam pasal 14 tentang Hak dan Kewajiban Guru Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan yaitu:

Guru berhak, memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja, memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual, memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan, memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada siswa sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan, memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas, memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi, memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan, memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi, dan/atau, memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.

Berbicara masalah pendidikan tidak terlepas kaitannya dengan lembaga pendidikan yaitu sekolah, mulai tingkat dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi (PT). Dari jenjang lembaga pendidikan, maka SD-lah sebagai ujung tombak atau dasar dari lembaga pendidikan selanjutnya.

Berangkat dari situlah maka peneliti mencoba melakukan suatu penelitian yang berfokus pada penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki meningkatkan pengalaman dan hasil belajar siswa terhadap semua mata pelajaran di SD, khususnya mata pelajaran IPA.

Hasil kegiatan penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA di Sekolah Dasar masih dilakukan secara konvensional/tradisional (pembelajaran berpusat kepada guru) dan prestasi belajar IPA masih sangat rendah bila di bandingkan dengan mata pelajaran lainnya, menurut Sardjono (dalam Mulyadi 2010:2). Hal ini diperkuat dengan adanya observasi awal peneliti yang menunjukan kegiatan pembelajaran yang lebih cenderung bersifat Teacher Oriented dibandingkan Student Oriented, guru jarang menggunakan alat peraga atau media pelajaran IPA, sekalipun disekolah tersedia KIT IPA serta tidak terbiasa untuk melibatkan siswa dalam melakukan kegiatan percobaan. Metode pembelajarannya pun cenderung bersifat monoton dan kurang sesuai dengan materi yang diajarkan. Pada saat pembelajaran berlangsung masih didapati beberapa siswa yang terlihat kurang begitu memperhatikan pada situasi belajar yang diharapkan, masih banyak siswa yang belum punya keberanian untuk mengajukan pertanyaan ataupun memberikan tanggapan terhadap penjelasan yang diberikan guru. Sementara itu masih banyak orang yang beranggapan bahwa Matematika dan IPA merupakan pelajaran yang sulit dikalangan siswa maupun guru.

Hal tersebut diperkirakan karena kurangnya keterampilan guru dalam menjelaskan, dan kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran IPA, mereka menganggap pelajaran IPA sulit dipahami. Untuk anak-anak yang taraf berpikirnya masih berada pada tahap konkret, maka semua yang diamati, diraba, dicium, dilihat, didengar, dan dikecap akan kurang berkesan kalau sesuatu itu hanya diceritakan, karena mereka belum dapat menyerap hal yang bersifat abstrak. Perlu diketahui bahwa tingkat pemahaman tiap-tiap siswa tidaklah sama, sehingga kecepatan siswa dalam mencerna bahan pelajaran pun berbeda.

Perbaikan pembelajaran bisa melalui berbagai pendekatan, selain menggunakan pendekatan bisa juga melalui penerapan berbagai metode pembelajaran. Jalan lain yang bisa di tempuh diantaranya dengan menggunakan media pembelajaran baik media audio, media visual maupun media auidio visual menurut Hermawan ( dalam Yulia, 2010:6)

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan usaha untuk memperbaiki kualitas pembelajaran agar dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Salah satu alternatif pembelajaran yaitu pendekatan pembelajaran Quantum Teaching, pendekatan pembelajaran ini dikenal dengan menyingkirkan hambatan-hambatan yang menghalangi proses alamiah dari belajar melalui upaya-upaya sengaja.

Penyajian dalam pendekatan Quantum Teaching mengikuti prosedur dengan urutan yang disingkat dengan “TANDUR”
  1.  TUMBUHKAN. Tumbuh- kan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaat BAgiKU “ (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar
  2. ALAMI. Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar
  3. NAMAI. Sediakan kata kunci, konsep, pendekatan, rumus, strategi sebuah “masukan”
  4. DEMONSTRASIKAN. Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk ‘menunjukkan bahwa mereka tahu”
  5. ULANGI. Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan , “Aku tahu dan memang tahu ini”.
  6. RAYAKAN. Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan
Hal inilah yang memotivasi peneliti untuk mengambil judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Quantum Teaching Pada Materi Organ Tubuh Manusia”, di kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Cibanten Kabupaten Ciamis.


B. Identifikasi Masalah

Setelah mengamati kegiatan pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan pribadi maupun hasil pengamatan teman dan sejawat adanya ketidak tuntasan siswa dalam memahami materi, maka masalah yang ditemukan adalah:
  1.   Metode yang digunakan guru kurang sesuai masih bersifat konvensional
  2. Proses belajar mengajar masih bersifat teacher oriented (berpusat pada guru)
  3. Perhatian siswa kurang terfokus pada materi tersebut
  4. Kurangnya penggunaan alat peraga untuk menunjang keberhasilan belajar siswa
  5. Kurangnya keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan serta menanggapi penjelasan guru
  6. Masih ada siswa yang belum memiliki nilai sesuai KKM yang ditentukan
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Terdapat banyak persepsi dalam memahami suatu istilah. Dengan demikian, untuk menyamakan persepsi mengenai istilah-istilah yang terdapat pada penelitian ini, maka perlu adanya batasan mengenai istilah-istilah yang digunakan tersebut. Secara operasional penulis mendefinisikan istilah-istilah tersebut sebagai berikut:

a. Belajar menurut Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2008 : 10) Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Selain itu belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar.

b. Pembelajaran adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 2008 : 12) . Pembelajaran IPA adalah membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh powler (dalam Mulyadi, 2010: 17)

c. Pembelajaran IPA dalam penelitian ini yaitu materi organ tubuh manusia dan hewan
d. Model pembelajaran Quantum Teaching salah satu model pembelajaran yang menciptakan lingkungan belajar yang efektif dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi dikelas. pendekatan pembelajaran ini dikenal dengan menyingkirkan hambatan-hambatan yang menghalangi proses alamiah dari belajar melalui upaya-upaya sengaja, yang berarti mengaktifkan proses pembelajaran dan menekankan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan siswa.

e. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

f. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu ukuran tingkah laku yang dicapai melalui belajar .

g. Peningkatan hasil belajar siswa dilihat melalui hasil tes aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang diberikan pada setiap siklus (pretes, penilaian proses dan postes)

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “Apakah penerapan pendekatan pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi organ tubuh manusia dan hewan”. Agar penelitian ini menjadi lebih terarah maka permasalahan tersebut dijabarkan kedalam bentuk pertanyaaan sebagai berikut :

  • a. Bagaimanakah gambaran perencanaan pembelajaran IPA melalui pendekatan pembelajaran Quantum Teaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa?
  • b. Bagaimanakah gambaran pelaksanaan pembelajaran IPA melalui pendekatan pembelajaran Quantum Teaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa?
  • c. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan pendekatan pembelajaran Quantum Teaching ?

D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara umum untuk mendeskripsikan pendekatan model pembelajaran Quantum Teaching dalam meningkatkan hasil belajar siswa bagi siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri 2 Cibanten Kabupaten Ciamis.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
  1.  Memperoleh gambaran perencanaan pembelajaran IPA melalui pendekatan pembelajaran Quantum Teaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa
  2. Memperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran IPA melalui pendekatan pembelajaran Quantum Teaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa
  3. Memperoleh gambaran peningkatan hasil belajar siswa pada setelah menggunakan pendekatan Quantum Teaching
E. Manfaat Hasil Penelitian
1. Bagi siswa
  • a. Melatih siswa untuk menemukan konsep dan prinsip dengan pembelajaran bermakna agar tidak mudah terlupakan, sehingga dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari
  • b. Dapat meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA
  • c. Memberikan pengalaman langsung bagi siswa sehingga memiliki kesan
  • d. Meningkatkan motivasi belajar siswa
  • e. Meningkatkan hasil belajar siswa
2. Bagi Guru
  • a. Hasil penelitian ini dapat menjadi tolok ukur dan bahan pertimbangan guru melakukan pembenahan serta koreksi diri bagi pengembangan dalam pelaksanaan tugas profesinya.
  • b. Memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya memilih dan menerapakan pola pendekatan dan strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran IPA agar lebih menarik dan diminati siswa hingga akhirnya dapat meningkatkan prestasi atau hasil belajar siswa
  • c. Sebagai bahan masukan dalam memilih strategi pembelajaran IPA yang sesuai dengan karakteristik siswa serta kondisi lingkungan belajar
3. Bagi Sekolah
Diharapkan menjadi input bagi sekolah dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan para guru dalam meningkatkan efektifitas dan kreatifitas pembelajaran didalam kelas.

4. Bagi peneliti
Agar mendapatkan pengalaman dalam merencanakan, melaksanakan kegiatan pemebelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan.
 
BAB II
TINJAUAN  PUSTAKA

A.    Kajian Teori
1.    Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa. Pembelajaran merupakan hasil dari proses belajar mengajar, efektifitasnya terdiri dari beberapa unsur. Efektivitas suatu kegiatan tergantung dari terlaksana tidaknya pereancanaan. Karena perencanaan, maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif. 

Pembelajaran merupakan inti dari dari proses pendidikan secara keseluruhan dalam proses belajar mengajar ada kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Dalam kesatuan kegiatan ini terjadi interaksi resiprokal, yakni hubungan antara guru dengan siswa dalam suasana yang bersifat pengajaran. hal ini sesuai dengan pendapat Usman (dalam Yulia, 2010:13) yang menyatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan  timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk memcapai tujuan tertentu.

Menurut Corey pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu (dalam Yulia, 2010:13).
Menurut Dimyati dan Mudjiono, pembelajaran adalah kegiatan guru secara  terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Pembelajaran mempunyai dua katakteristik,  pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses  tanya jawab yang terus menerus diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa.

Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar ada dua hal yang penting, yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran IPA  adalah pembentukan sifat dengan berpikir kritis dan kreatif untuk pembinaan hal tersebut, maka perlu memperhatikan karya imajinasi dan rasa ingin tahu siswa Sekolah Dasar.

Dengan kemampuan berpikir ini siswa-siswi dapat hidup mandiri, mereka mampu menganalisa, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan dari fenomena-fenomena disekitar mereka.  

Pembelajaran IPA (sains) di Sekolah Dasar selalu mengacu kepada kurikulum IPA. Didalam kurikulum telah ditegaskan bahwa pembelajaran IPA harus menekankan pada penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Proses pembelajaran IPA yang diharapkan adalah yang dapat mengembangkan keterampilan proses, pemahaman konsep, aplikasi konsep,sikap ilmiah siswa serta mendasarkan kegitan IPA pada isu-isu yang berkembang di masyarakat.
Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

2.    Belajar
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan, manusia atau hal yang lain yang dijadikan bahan belajar. 

Belajar merupakan komponen pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikis dan fisik yang saling bekerjasama terpadu. Belajar dapat dipahami sebagai usaha atau latihan untuk mendapatkan suatu kepandaian. Dalam implementasinya, belajar adalah kegiatan individu dalam memperoleh pengetahuan, prilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan-bahan belajar.

Skinner (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2008:9) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku yang dapat diobservasi. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:

a.    Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pembelajar.
b.    Respons si pembelajar
c.    Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. 

Piaget (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2008:11) berpendapat bahwa: pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.

Dengan demikian, belajar selain suatu kegiatan yang kompleks juga berupa suatu perilaku yang menghasilkan respons lebih baik karena memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.
Berikut ini beberapa pandangan para ahli tentang pengertian belajar :

Belajar menurut pandangan Skinner adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurutnya, dalam belajar dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut: kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar, respon pelajar, dan konsekuensi yang bersifat menggunakan respon tersebut.

Belajar menurut pandangan Gagne adalah suatu proses yang kompleks. belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru. Belajar terjadi ketika ada hasilnya yang dapat menjadi kapabilitas baru.
Menurutnya belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu: kondisi eksternal, kondisi internal dan hasil belajar.

Piaget berpendapat bahwa terdapat dua proses yang terjadi pada perkembangan dan pertumbuhan kognitif anak, yaitu : proses asimilasi, dalam proses ini siswa menyesuaikan atau mencocokan informasi yang ada dengan apa yang telah ia ketahui dengan mengubahnya bila perlu, dan akomodasi yaitu anak menyusun dan membangun kembali atau merubah apa yang diketahui sebelumnya sehingga informasi yang baru itu dapat diselesaikan dengan baik.

Menurut Bloom pendidikan dibagi menjadi tiga domain, yaitu :
  • a. Domain Kognitif, mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas eman macam kemampuan yang disusun secara hierarkis dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sistesis, dan penilaian.
  • b. Domain Afektif, mencakup kemampuan-kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati suatu hal yang meliputi lima dasar kemampuan emosional yang disusun secara hierarkis, yaitu: kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakteristik diri.
  • c. Domain Psikomotor, yaitu kemampuan-kemampuan motorik yang menggiatkan dan mengkoordinsikan gerakan, terdiri dari: gerekan refleks, gerakan dasar, gerakan perceptual, kemampuan jasmani, gerakan-gerakan terlatih dan komunikasi nondiskusif.
Bloom menegaskan bahwa belajar adalah perubahan kualitas kognitif, afektif dan psikomotor untuk meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, masyarakat, maupun sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Bruner proses belajar dapat dibedakan atas tiga fase, yaitu: 

  • a. Informasi, dalam setiap pelajaran siswa dapat memperoleh sejumlah informasi, informasi tersebut ada yang menambah pengetahuan ada pula yang bertentangan.
  • b.Transformasi, informasi yang didapat kemudian dianalisi dan di transformasikan kedalam bentuk yang lebih abstrak agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas.
  • c. Evaluasi, sejauh mana pengetahuan yang diperoleh siswa dan transformasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang aktif yang melibatkan berbagai aspek. Belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu, sehingga belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku.

3.    Mengajar
Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan, dalam hal ini baik siswa maupun guru harus mengerti bahan yang akan dibicarakan. Dalam kata lain dalam kegiatan mengajar itu harus terjadi suatu proses belajar. Pengajar harus mengusahakan agar proses belajar itu terjadi secara efektif.

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya  pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Tugas guru dalam proses belajar mengajar meliputi tugas pedagogis dan tugas administrasi. Tugas pedagogis adalah tugas membantu, membimbing dan memimpin. 

Zamroni (dalam Yulia 2010:13) mengatakan “guru adalah kreator proses belajar mengajar”. Ia adalah orang yang akan mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji  apa yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya  dalam batas-batas norma-norma yang ditegakkan secara konsisten. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa orientasi  pengajaran  dalam  konteks  belajar  mengajar  diarahkan untuk  pengembangan  aktivitas  siswa  dalam  belajar.
Gambaran  aktivitas  itu  tercermin  dari  adanya  usaha  yang  dilakukan  guru dalam kegiatan proses belajar mengajar yang memungkinkan siswa aktif belajar. Oleh karena itu mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan informasi yang sudah jadi dengan menuntut jawaban verbal melainkan suatu upaya integratif ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Dalam konteks ini guru tidak hanya sebagai penyampai informasi tetapi juga bertindak sebagai director and facilitator of learning.

Nasution (dalam Suryosubroto, 1996:18) mengemukakan kegiatan mengajar diartikan sebagai segenap aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Dengan demikian proses dan keberhasilan belajar siswa    turut ditentukan oleh peran yang dibawakan guru selama interaksi proses belajar mengajar berlangsung. 

Usman (1994:3) mengemukakan mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, yang menunjang terhadap kegiatan belajar mengajar.

Biggs seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu:

  • a. Pengertian Kuantitatif.  Mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab pengajar.
  • b. Pengertian institusional.  Mengajar berarti  the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat, kemampuan dan kebutuhannya.
  • c.Pengertian kualitatif.  Mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri. Burton mengemukakan mengajar adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.
Badawi (dalam Suryosubroto, 1996:20) mengemukakan bahwa jika dalam kegiatan mengajar guru dapat dikatakan berkualitas apabila seorang guru dapat menampilkan kekuatan yang baik dalam usaha mengajarnya.

Berdasarkan definisi-definisi mengajar dari para pakar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sehingga terjadi proses belajar. Aktivitas kompleks yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut:

a.    mengatur kegiatan belajar siswa
b.    memanfaatkan lingkungan, baik ada di kelas maupun yang ada di luar kelas
c.    memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa

4.    Evaluasi
Devies (dalam belajar dan pembelajaran, 2006:190), mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses sederhana memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja,proses, orang, objek, dan masih banyak yang lainnya. Sedangkan Wand dan Brown (dalam Yulia, 2010:14) mengemukakan bahwa eveluasi merupakan suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, objek, dan yang lain) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian.

Berdasarkan pengertiannya, evaluasi mempunyai tujuan utama untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti sebuah kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol. Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi sudah terealisasi maka hasilnya dapat difungsikan dan ditunjukan untuk berbagai keperluan, diantaranya :

  • a. Untuk diagnosik dan pengembangan, maksudnya hasil evaluasi dapat digunakan sebagai dasar pendiagnosian kelemahan dan kelebihan siswa beserta sebab-sebabnya dan berdasarkan pendiagnosian inilah guru mengadakan pengembangan kgeiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
  • b. Untuk seleksi
  • c. Untuk kenaikan kelas
  • d. Untuk penempatan, agar siswa dapat berkembang sesuai dengan tingkat kemampuan dan pitensinya, maka perlu dipikirkan ketepatan penempatan yang sesuai.
5.    Hasil Belajar
Yang dimaksud hasil belajar adalah, kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

Selain pernyataan diatas hasil belajar diartikan juga sebagai suatu ukuran tingkah laku yang dicapai melalui belajar yang penilaiannya dapat ditentukan dengan memberikan tes. Senada dengan itu, Pasaribu dan Simanjuntak (dalam Yulia, 2010:17) mengartikan hasil belajar sebagai hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu pendidikan tertentu yang dapat ditentukan dengan memberi tes pada hasil pendidikan itu. 

Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar, yaitu: 
a.    keterampilan dan kebiasaan
b.    pengetahuan dan pengertian;
c.    sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah, menurut Sudjana (dalam Yulia, 2010:15)

Menurut Dimyati dan Mudjiono hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembanngan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Menurut Oemar Hamalik, hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu, menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Berdasarkan teori taksonomi Bloom (dalam Yulia, 2010:16) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut :

a.    Ranah Kognitif
Berdasarkan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
b.    Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu: menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
c.    Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan psikomotor, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dilmiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. 

Berdasarkan pengertian di atas dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang, serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya:

a.    Faktor Internal (dari dalam diri individu)
faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain, yaitu: motivasi, perhatian pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.
b.    Faktor Eksternal (dari luar individu)
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor  dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep, keterampilan dn pembentukan sikap.

6.    Cara Mengukur Pemahaman dan Peningkatan Hasil Belajar Siswa
a.    Pada saat awal pembelajaran
Untuk merencanakan pembelajaran yang efektif kita harus mempertimbangkan kemampuan dan karakteristik siswa, informasi ini dapat diperoleh dari tes pencapaian siswa, ini adalah cara untuk  mengukur pengetahuan siswa mengenai  materi yang belum di ajarkan (pretes). Tes ini dilakukan pada saat awal pembelajaran, dimana tujuannya untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan dipelajari.
b.    Selama proses pembelajaran
Tes yang diberikan selama proses pembelajaran digunakan untuk menentukan bagaimana kemajuan pembelajaran, penilaian dari tes ini dapat dilihat pada saat proses pembelajaran berlangsung, tes ini dapat menggunakan lembar observasi tentang keaktifan siswa.
c.    Saat akhir pembelajaran
Tes ini akan mengukur beberapa materi yang telah dipelajari dengan membandingkan satu siswa dengan siswa lain. Tes ini dilakukan pada akhir pembelajaran dimana siswa telah mempelajari terlebih dahulu materi yang akan di jadikan sebagai bahan untuk evaluasi.

Untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman yang pada akhirnya akan berpengaruh kepada peningkatan hasil belajar pada siswa, maka guru dapat melihatnya pada saat proses belajar mengajar kemudian juga pada tahap kedua guru dapat mengetahuinya pada saat kegiatan evaluasi.

7.    Konsep Dasar Quantum Teaching
a.    Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna sehingga sering kali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, mengilhami, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.

Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien.

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseoramg dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.

Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan teknik atau metode pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi suatu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang terbentuk dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan dari suatu pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah dapat dijelaskan dalam gambar berikut :
model pembelajaran

b.    Pengertian Pendekatan Pembelajaran Quantum Teaching
Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, ditemukan sebuah pendekatan pengajaran yang disebut dengan Quantum Teaching, dikembangkan oleh seorang guru dalam pembelajaran. Quantum Teaching sendiri berawal dari sebuah upaya Dr. Georgi Lozanov, pendidik asal Bulgaria, yang bereksperimen dengan suggestology. Prinsipnya, sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar.
Pada perkembangan selanjutnya, Bobbi de Porter (penulis buku best seller Quantum Learning dan Quantum Teaching), murid Lozanov, dan Mike Hernacki, mantan guru dan penulis, mengembangkan konsep Lozanov menjadi Quantum Learning. Metode belajar ini diadopsi dari beberapa teori. Antara lain sugesti, teori otak kanan dan kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik) dan pendidikan holistik.

Lozanov (dalam, Deporter, 2000:32) proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya berarti, setiap kata, pikiran, tindakan dan asosiasi, dan sejauh mana anda mengubah lingkungan, presentasi,  dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar mengajar berlangsung. Quantum Teaching  adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Dan  Quantum Teaching  juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching  berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas , interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar.

Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Teaching adalah berbagai interaksi yang ada di dalam dan disekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.

Ada dua konsep utama yang digunakan dalam pembelajaran Quantum  dalam rangka mewujudkan energi guru dan siswa menjadi cahaya,yaitu percepatan belajar melalui usaha sengaja untuk mengikis hambatan-hambatan belajar tradisional, dan fasilitas belajar yang berarti mempermudah belajar.
Jadi Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas, yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri maupun orang lain.

1)    Karakteristik Quantum Teaching
Pembelajaran Quantum Teaching memiliki karakteristik umum yang dapat memantapkan dan menguatkan sosoknya. Beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk sosok  pembelajaran Quantum sebagai berikut:
  • a) Pembelajaran Quantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika Quantum meskipun serba sedikit istilah istilah dan konsep Quantum dipakai.
  • b)  Pembelajaran Quantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, ‘hewan-istis”, dan atau nativistis.
  • c) Pembelajaran Quantum lebih bersifat kontruktivis (tis), bukan positivistis-empiris, behavioristis, dan atau maturasionostis.
  • d)  Pembelajaran Quantum berupaya memadukan, menyinergikan dan megolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan sebagai konteks pembelajar.
  • e)  Pembelajaran Quantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna bukan sekedar transaksi belaka.
  • f)  Pembelajaran Quantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi
  • g)   Pembelajaran Quantum sangat menekankan kealamiahan
  • h) Pembelajaran Quantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran
  • i) Pembelajaran Quantum memiliki model ynag memadukan konteks dan isi pembelajaran
  • j)  Pembelajaran Quantum memusatkan perhatian pada keterampilan akademik ,keterampilan hidup dan prestasi fisikal atau internal
  • k)    Pembelajaran Quantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting dalam proses pembelajaran
l)    Pembelajaran Quantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan
2)   Tahap Rancangan Belajar Quantum Teaching
 
Kerangka rancangan belajar Quantum Teaching ada 6 prosedur yang disingkat menjadi sebuah kata yaitu “TANDUR”,

  • a)  TUMBUHKAN. Tumbuh- kan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaat BAgiKU “  (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar , sertakan diri mereka, pikat mereka.
  • b)  ALAMI. Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar, dan guru dapat mengkaitkan atau mencontohkan materi yang sedang dipelajari dengan kegiatan sehari-hari para siswa. Berikan mereka pengalaman belajar; tumbuhkan “kebutuhan untuk mengetahui”.
  • c)  NAMAI. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebuah “masukan” . Berikan “data”, tepat saat minat memuncak.
  • d) DEMONSTRASIKAN. Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk ‘menunjukkan bahwa mereka tahu” , dan berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membutanya sebagai pengalaman pribadi.
  • e)  ULANGI. Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan , “Aku tahu dan memang tahu ini”,  dan rekatkan gambaran keseluruhannya.
  • f)  RAYAKAN. Pengakuan  untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan . Ingat, jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan! Perayaan menambatkan belajar dengan asosiasi positif.
3)    Penerapannya dalam Pembelajaran
Dibawah ini ada petunjuk yang setidaknya mampu untuk dijadikan pedoman bagi seorang guru untuk menerapkan Quantum Teaching dalam ruang kelas :
  • a) Guru wajib memberikan keteladanan sehingga layak menjadi panutan bagi siswa, berbicaralah yang jujur, jadi pendengar yang baik dan selalu gembira (tersenyum)
  • b)  Guru harus membuat suasana belajar yang menyenangkan “Learning is most effective it’s fun”, kegembiraan ini berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna, pemahaman, (penguasaan atas materi yang dipelajari) dan nilai yang membahagiakan pada diri siswa.
  • c) Lingkungan belajar yang aman dan nyaman dan bisa ,membawa kegembiraan misalnya dengan pengaturan tempat duduk siswa yang di variasikan, tempelan-tempelan gambar-gambar yang menarik.
  • d) Guru harus memahami bahwa perasaan dan sikap siswa akan terlibat dan berpengaruh kuat pada proses belajarnya. Guru dapat mempengaruhi suasana emosi siswa dengan cara, misalnya: kegiatan-kegiatan melepas stress dengan melakukan ice breaking, bernyanyi dan belajar diluar kelas.
4)    Asas Quantum Teaching
Quantun Teaching bersandar pada konsep ini; “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Artinya bahwa pentingnya bagi seorang guru memasuki dunia murid sebagai langkah pertama. Alasannya adalah karena tindakan ini akan memberikan ijin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan siswa menuju kesabaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Caranya, dengan mengaitkan apa yang guru ajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka.

 Setelah kaitan ini terbentuk, guru dapat membawa mereka kedalam dunianya serta memberi pemahaman akan isi dunia itu. Sehingga siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunianya dan menerapkannya pada situasi baru.

Azas utama pembelajaran Quantum Teaching tersebut mengisyaratkan pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan, perkembangan, dan minat bakat siswa. Pemahaman terhadap hakekat siswa menjadi penting sebagai “jembatan” untuk menghubungkan dan memasukan dunia kita kepada dunia mereka. Apabila seorang guru telah memahami dunia siswa, maka siswa telah merasa diperlukan sesuai dengan tingkat perkembangan mereka, sehingga pembelajaran akan menjadi harmonis seperti sebuah “orkestrasi” yang saling bertautan dan mengisi. Sebuah pepatah mengatakan, ajarilah, tuntun, fasilitasi, dan bimbinglah anak didik kalian sesuai dengan tingkat kebutuhan dan daya pikirnya.
 
5)    Prinsip Quantum Teaching
Prinsip dari Quantum Teaching, yaitu:
  • a) Segalanya berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran semuanya menyampaikan pesan tentang belajar.
  • b)  Segalanya bertujuan, siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang kita ajarkan.
  • c)   Pengalaman sebelum konsep, dari pengalaman guru dan siswa diperoleh banyak konsep.
  • d)  Akui setiap usaha, menghargai usaha siswa sekecil apa pun.
  • e) Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus memberi pujian pada siswa yang terlibat aktif pada pelajaran kita. Misalnya saja dengan memberi tepuk tangan, berkata: bagus!, baik!, dll.
Lebih jauh, dunia pendidikan akan semakin maju ke depannya. Sebab, Quantum Teaching akan membantu siswa dalam menumbuhkan minat siswa untuk terus belajar dengan semangat. Apalagi Quantum Teaching juga sangat menekankan pada pentingnya bahasa tubuh. Seperti tersenyum, bahu tegak, kepala ke atas, mengadakan kontak mata dengan siswa dan lain-lain. Humor yang bertujuan agar proses belajar mengajar tidak membosankan.

8.    Materi Organ Tubuh Manusia dan hewan
Tubuh makhluk hidup terdiri dari organ-organ yang memiliki fungsi tertentu. Kita bernapas dengan menggunakan organ (alat) pernapasan. Adanya organ pernapasan membuat kita dapat menghirup udara pagi yang segar, atau sebaliknnya kamu dapat merasakan betapa pengapnya udara didalam ruang tertutup. seperti manusia hewan pun bernapas, hewan bernapas dengan menggunakan organ pernapasan yang berbeda-beda.

Makanan dapat dimanfaatkan oleh tubuh  setelah melalui proses pencernaan. Makanan yang kita makan dan udara yang kita hirup, yaitu oksigen, perlu diedarkan keseluruh tubuh. Untuk itu didalam tubuh kita terdapat peredaran darah yang mampu mengedarkan zat-zat makanan dan oksigen ke seluruh tubuh.

a.    Alat Pernapasan Manusia dan Hewan
Semua makhluk hidup bernapas. Bernapas adalah proses menghirup udara dan mengeluarkan udara. Diadalam udara terkandung berbagai gas antara lain oksigen. Gas yang butuhkan oleh tubuh adalah oksigen. Oleh karena itu, hanya oksigen yang diperlukan dalam pernapasan. Pernapasan mengeluarkan gas karbon dioksida. Gas karbon dioksida dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru.
pernapasan manusiaa



Hampir semua jenis makhluk hidup mempunyai alat khusus untuk pernapasan. Alat khusus pada pernapasan manusia adalah paru-paru. Alat pernapasan hewan berbeda-beda. Ada hewan yang pernapasannya adalah insang, ada juga yang paru-paru, kulit atau trakea. Perbedaan alat pernapasan pada hewan dipengaruhi oleh keadaan tubuh dan tempat hidupnya. Untuk lebih jelasnya terpapar pada gambar berikut:

pernapasan cacing

b.    Alat Pencernaan Makanan pada Manusia 

Sebelum makanan yang kita makan dapat dimanfaatkan tubuh, makanan harus dicerna terlabih dahulu.

Ada dua jenis proses pencernaan makanan dalam tubuh, pencernaan makanan secara mekanis terjadi didalam mulut, dan pencernaan makanan secara kimia dilakukan oleh enzim.
Alat pencernaan makanan pada tubuh kita tersusun dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dua belas jari, usus halus, usus besar, dan anus. untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
alat pencernaan

1)    Rongga mulut
Didalam rongga mulut terdapat gigi, ludah dan air liur. Gigi berguna untuk mengunyah makanan supaya menjadi halus. Lidah terletak dibagian dasar rongga mulut. Lidah berfungsi untuk mengatur letak makanan pada waktu mengunyah, membantu menelan makanan dan mengecap rasa makanan. Didalam mulut juga terdapat dua kelenjar ludah. Kelenjar ludah bawah terdapat dibagian bawah lidah, dan kelenjar ludah atas terdapat dibelakang telinga.

2)    Kerongkongan
Kerongkongan adalah bagian saluran pencernaan yang menghubungkan rongga mulut dengan lambung. Kerongkongan menyerupai lambung yang panjangnya sekitar 20 cm, mulai dari faring (anak tekak) sampai lambung.

3)    Lambung
Lambung disebut juga perut besar. Lambung terletak didalam rongga perut sebelah kiri atas. Didalam lambung, makanan yang sudah dikunyah oleh gigi dan mulut, dilumatkan kembali lagi dengan pertolongan bermacam-macam getah lambung.

4)    Usus dua belas jari
Panjang usus dua belas jari sama dengan ukuran panjang dua belas jari orang dewasa. Makanan didalam usus dua belas jari dicerna lagi dengan  bantuan getah pankreas dan getah empedu. Getah pankreas dihasilkan oleh kelenjar pankreas, dan getah empedu dihasilkan oleh hati.

5)    Usus halus
Usus halus merupakan usus yang terpanjang dari saluran pencernaan makanan. Didalam usus halus terdapat berbagai macam cairan khusus yang membantu penyempurnaan pencernaan makanan. Makanan yang telah dicerna secara sempurna disebut sari makanan. Didalam usu halus terjadipenyerapan sari makanan.

6)    Usus besar
Usus besar berhubungan dengan usus halus dirongga perut bagian bawah sebelah kanan. Didalam usus besar sudah tidak terjadi penyerapan sari makanan, hanya terjadi penyerapan air saja. Disini terdapat bakteri pembusuk yang berguna bagi tubuh karena membususkkan sisa makanan menjdi kotoran, akhirnya kotoran ini keluar dari tubuh melalui anus.

c.    Alat Peredaran Darah pada Manusia
Pernapasan membawa oksigen masuk kedalam tubuh, pencernaan menghasilkan sari makanan. Oksigen dan sari makanan diedarkan keseluruh bagian tubuh. Bagian tubuh yang berfungsi mengedarkan oksigen dan sari makanan adalah darah. Peredaran atau aliran darah didalam tubuh manusia terjadi melalui alat peredaran darah, yaitu jantung dan pembuluh darah, untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut:

1)    Jantung
Organ tubuh yang berfungsi memompa darah keseluruh tubuh adalah jantung. Jantung manusia terletak didalam rongga dada agak sebelah kiri. Ukuran jantung orang dewasa kurang lebih sekepalan tangan. Berat jantung orang dewasa kurang lebih 300 gram.
jantung

Jantung terdiri atas empat ruang yaitu serambi kiri, serambi kanan, bilik kiri dab bilik kanan. Sebagai alat pemompa darah, jantung memiliki otot-otot yang kuat. Dinding jantung bagian bilik  mempunyai otot yang lebih tebal dari pada dinding jantung bagian serambi. Otot dinding bagian bilik lebih tebal karena kerja bilik lebih berat, yaitu memompa darah keseluruh tubuh.

Diantara serambi dan bilik terdapat semacam pintu turun yang yang disebut katup jantung. Katup jantung yang sehat dapat mengatup rapat sekali sehingga darah dari bilik tidak bercampur dengan darah dari serambi. Katup-katup itu membuka dan menutup seirama dengan denyutan jantung.

2)    Pembuluh Darah
Pembuluh darah adalah saluran yang berfungsi sebagai tempat mengalirnya darah dari seluruh tubuh menuju jantung atau sebaliknya. Berdasarkan arah aliran darah pembuluh darah dibedakan menjadi dua macam yaitu pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh balik (vena).
Pembuluh nadi atau arteri ialah pembuluh yang mengalirkan  darah yang keluar dari jantung. Pembuluh balik atau Vena ialah pembuluh darah yang mengalirkan darah masuk ke dalam jantung.
Peredaran darah besar mengalir ke jantung keseluruh tubuh (kecuali paru-paru) dan kembali ke jantung. Peredaran darah kecil mengalir dari jantung keparu-paru dan kembali ke jantung.
Penyakit yang menyerang darah dan alat peredaran darah antara lain anemia, leukimia, hipertensi, penyakit jantung bawaan dan pembuluh nadi mengeras. Pola hidup sehat yang meningkatkan kesehatan alat peredaran darah adalah pola makan yang teratur dan porsi kegiatan fisik, istirahat, dan olah raga yang seimbang.

B.    Kerangka Berpikir
Pendidikan memegang peranan sangat  penting bagi kelangsungan pembangunan suatu negara. Pendidikan semakin hari semakin berkembang  untuk lebih berperan sebagai pendidikan yang mengembangkan sumber daya manusia dan tatanan kehidupan. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat dimasyarakat. Di sekolah dasar pencapaian tujuan tersebut dilakukan dalam proses belajar mengajar sejumlah mata pelajaran dikelas. salah satu mata pelajaran yang berperan dalam memberikan wawasan, keterampilan, disiplin, kerja keras, kretif, mandiri, peduli lingkungan dan sikap bertanggungjawab adalah mata pelajaran IPA, yang  bertujuan menanamkan nilai budaya karakter bangsa.

Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.

Pembelajaran IPA (sains) di Sekolah Dasar selalu mengacu kepada kurikulum IPA. Didalam kurikulum telah ditegaskan bahwa pembelajaran IPA harus menekankan pada penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas,2006). Proses pembelajaran IPA yang diharapkan adalah yang dapat mengembangkan keterampilan proses, pemahaman konsep, aplikasi konsep,sikap ilmiah siswa serta mendasarkan kegitan IPA pada isu-isu yang berkembang di masyarakat.

Untuk menanamkan dan membiasakan siswa pada serangkaian proses ilmiah, pendekatan Quantum Teaching dengan mengikuti kerangka rancangan belajar yang terdiri dari 6 prosedur, yang disingkat menjadi sebuah kata yaitu “TANDUR”, sangat tepat digunakan karena Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas, yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri maupun orang lain.

Lozanov (dalam, Deporter, 2000:32) proses belajar mengajar (pembelajaran) adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya berarti, setiap kata, pikiran, tindakan dan asosiasi, dan sejauh mana anda mengubah lingkungan, presentasi,  dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar mengajar berlangsung. Quantum Teaching  adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Dan  Quantum Teaching  juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching  berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas , interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. Dengan demikian keinginan belajar siswa meningkat dan dapat diharapkan hasil belajar pun meningkat.

Menurut Dimyati (dalam belajar dan pembelajaran) hasil belajar merupakan hasil proses belajar dimana pelaku aktif dalam belajar adalah siswa dan pelaku aktif dalam pembelajaran adalah guru. Dalam penelitian ini, hasil belajar ditentukan oleh nilai yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan tes yang diberikan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang maksimal dalam pembelajaran IPA di kelas memerlukan dukungan dari semua komponen yang ada. Oleh karena itu, diterapkanlah pendekatan Quantum Teaching sebagai salah satu cara dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

C.    Hipotesis Tindakan
Berdasarkan permasalahan diatas maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut, “Melalui Penggunaan Pendekatan Quantum Teaching,  Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi  Organ Tubuh Manusia. Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 2 Cibanten Kabupaten Ciamis”.

Adapun lebih jelasnya hopotesis tindakan di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
  1. Perencanaan pembelajaran disusun dengan menggunakan pendekatan Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa,  pada materi  organ tubuh manusia dan hewan, di kelas V SDN 2 Cibanten Kabupaten Ciamis.
  2. Proses pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan pendekatan Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa  pada materi  organ tubuh manusia dan hewan, di kelas V SDN 2 Cibanten Kabupaten Ciamis.
  3. Hasil belajar siswa meningkat setelah digunakannya pendekatan Quantum Teaching pada materi  organ tubuh manusia dan hewan, di kelas V SDN 2 Cibanten Kabupaten Ciamis.
D. Kajian Hasil Penelitian
Beberapa penelitian terdahulu yang dipandang relevan dengan fokus penelitian yang dilaksanakan antara lain:

  1. Andriani, (2007) dalam penelitiannya pengaruh penerapan model pembelajaran Quantum terhadap kemampuan komunikasi matematika menyimpulkan bahwa model Quantum berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan komunikasi matematika daripada pembelajaran biasa.
  2. Deti Rahmawat, (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA.
  3. Markhamah, (2007) dalam penelitiannya meningkatkan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran Quantum Teaching pada pokok bahasan lingkaran menyimpulakan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar dan menumbuh kembangkan aktifitas siswa.
  4. Mulyadi, (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching pada materi daur air dapat meningkatkan pemahaman siswa.
  5. Mulyani, (2006) dalam penelitiannya upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan Quantum Teaching pada sub pokok bahasan kalor menyimpulkan bahwa pembelajaran fisika dengan metode Quantum Teaching dengan menggunakan deasin penelitian tindakan kelas.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Metode Penelitian
Pendekatan penelitian diperlukan untuk memudahkan kegiatan penelitian. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa inggris disebut dengan istilah Classroom Action Reseach (CAR), Karena penelitian ini merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif untuk pelaku tindakan. Artinya penelitian ini digunakan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan, peristiwa maupun kejadian secara alami di kelas seperti hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam pelaksanaan ini peneliti terlibat langsung didalam proses penelitian sejak awal sampai penelitian berupa laporan.

Didalam penelitian tindakan kelas  memiliki tiga pengertian yaitu:

  1. Penelitian adalah penunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam peningkatan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
  2. Tindakan adalah menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan siswa.
  3. Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimmaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula, menurut Arikunto.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Ciri utama dari penelitian tindakan adalah tujuannya untuk memperoleh penemuan yang signifikan secara operasional, sehingga dapat digunakan ketika kebijakan dilaksanakan.

Tim pelatih proyek PGSM (dalam Makuraga, 2010:45) memberikan pengertian penelitian tindakan sebagai berikut:

Penelitian Tindakan adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan.

Dalam penelitian ini menggunakan PTK kolaboratif, karena melibatkan banyak pihak lain selain peneliti, dalam hal ini guru kelas V SDN 2 Cibanten.  Dalam penelitian ini adanya  kerja sama antara peneliti dan guru (observer), yaitu guru sebagai sumber informasi dan seseorang yang diajak untuk berkonsultasi mengenai subjek yang diteliti, dalam hal ini siswa kelas V SDN 2 Cibanten. Bagaimanapun keberadaan observer untuk menilai jalannya tindakan sangat diperlukan untuk meminimalisir kesalahan dan kendala yang terjadi dalam perolehan data saat proses belajar mengajar, sedangkan yang merangcang dan melaksanakan tindakan adalah peneliti sendiri.

B.  Subjek Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kelas V SDN 2 Cibanten Kecamatan Ciamias pada semester II tahun ajaran 2011-2012. Dikelas ini terdapat 50 siswa. Siswa di sekolah ini berasal bari latar belakang yang berbeda-beda sebagian besar pekerjaan orang tua siswa adalah sebagai buruh dan berpendidikan rendah, hanya sedikit orang tua yang berprofesi selain dari buruh, sehingga orang tua kurang perhatian dengan pendidikan siswa.

Sekolah ini terdiri dari 6 buah ruangan kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, perpustakaan dan kamar mandi. Ada  seorang kepala sekolah, delapan orang guru dan dua orang penjaga sekolah.
Sekolah ini terletak cukup jauh dari pusat kota, oleh karena itu pembelajaran yang berlangsung disana masih bersipat konvensional / tradisional, khususnya pada pelajaran IPA pada umumnya guru masih berfungsi sebagai segala-galanya, dan sebagian murid  hanya bersifat pasif saja.

C.    Prosedur Penelitian
Pelaksanaan PTK dilakukan dua siklus atau lebih. Pada kegiatan pra penelitian dilakukan observasi terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan wawancara dengan guru serta siswa. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA serta hasil yang diperoleh siswa pada pembelajaran IPA. Sedangkan wawancara dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi guru selama proses belajar mengajar dalam menyampaikan materi yang akan dipelajari oleh siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan prosedur menurut  Kemmis dan Mc Taggart, prosesnya adalah sebagai sebagai berikut:

model siklus kemmis dan mc taggart

   Download Lanjutan BAB III, IV dan V di Google Drive. Download Lanjutan



0 Response to "Skripsi Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Quantum Teaching Pada Materi Organ Tubuh Manusia"

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan baik dan sopan, bila ada kesulitan silahkan bertanya